Rabu, 11 Agustus 2021

Perang Degital Dunia Maya,Dan Di Beberapa Tempat Terjadi Aksi Pembukaman

 

*Perang Degital Dunia Maya,Dan Di* 
*Beberapa Tempat Terjadi Aksi Pembukaman* 
*"FB saya juga pernah mengalaminya beberapa kali. Ada yang jumlah followernya ratusan ribu. Tewas mengenaskan. Innalillahi..."* ( Eko Kuntadhi )

Di Twitter lagi ramai. Serangan terhadap akun medsos untuk membuatnya tumbang. Akun bang Ade Armando tumbang. Akun Chusnul Mariyah juga tumbang. Mereka memang akun dengan follower besar. 

Akunku, Denny Siregar, Habib Think, Yusuf Dumdum juga jadi sasaran. 

Saya gak tahu siapa yang lakukan ini. Tapi yang pasti mereka terorganisir. Dalam satu komando untuk melakukan report atau aduan. Sehingga platform seperti Twitter percaya dengan aduan rombongan itu lalu menutup akun yang diadukan. 

Mungkin juga serangan ini ada kaitannya dengan ancaman Partai Demokrat yang menyatakan perang melawan netizen pendukung Jokowi. Karena gagal adu argumentasi, mereka memilih melakukan pembungkaman. 

Ada yang bilang juga bahwa serangan terstruktur ini karena naiknya tagar #AniesKelebihanBayar yang kemarin heboh. Mereka gak suka dengan tagar itu lalu membungkam. 

Saya sendiri diinformasikan seorang teman semalam. "Akumu twitter lu diincar. Lu jadi sasaran pembungkaman," ujarnya. 

"Gimana caranya? "

"Akun lu mereka report ramai-ramai. Lalu Twitter meresponnya dengan mensuspend akun. "

"Lho, kan kita bisa buat lagi. Gratis, toh? "

"Sayang follower lu yang ratusan ribu itu. Gak mudah cari follower sebanyak itu, " katanya. 

"Lha, follower gue juga gak ada yang sayang sama gue. Jadi masalahnya dimana? Hahahaha... "

"Kampret lu! "

Iya memang. Situs blog saya sudah lama diserang. Gak bisa diakses. Ratusan kumpulan tulisan gak bisa diakses lagi. Soalnya, saya gak punya arsip tulisan-tulisan itu. 

Untung saja seorang teman baik hati rupanya rajin mengarsipkan tulisan-tulisan saya. Dikirim via email. Alhamdulillah, sebagian tulisan itu bisa diselamatkan. 

FB saya juga pernah mengalaminya beberapa kali. Ada yang jumlah followernya ratusan ribu. Tewas mengenaskan. Innalillahi... 

Terus aku bikin lagi. Eh, tewas lagi. Kali ini dilaporkan sebagai akun kenangan. Artinya pemiliknya dianggap sudah mati. 

Aku bikin aku lagi. Wong gratis. Soal follower yang sudah ratusan ribu, biarin aja. Aku nulis lagi. Ada yang mau follow, syukur. Gak difollow juga gak apa-apa. 

Wong cuma tulisan iseng. 

Akunnya FB teman saya, MazDjo Pray juga gitu. Dianggap sudah mati. Padahal aku baru kemarin tapping sama Djo. Atau jangan jangan dia mati mendadak? Terserang kurap akut. 

"Djo, gue turut berduka. Lu mati kok, gak bilang-bilang. Sekarang lu ada di surga apa neraka? "

"Gak tahu nih. Kok banyak bidadari disini. Tuh, lagi pada mandi di sungai. "

"Fotoin dong. Gue penasaran. "

Djo gak membalas lagi. WA-ku cuma centang satu.
*Arsip Topsekali.com*

======

LAWAN..!!
.
Perang buzzer yang dicanangkan telah memakan korban. Akun Ade Armando 1, Chusnul Ch__ dan 2 akun Ferdinand tumbang. Report As Spam dijadikan senjata. Ini benar perang fisik bukan gagasan seperti seharusnya ruang media sosial. 

Ini seperti lamaran ditolak dukun bertindak. Ini tentang mereka kalah dalam adu argumentasi dan kemudian kekerasan mengambil jalan pintas. Ini melibatkan unsur dana besar sekaligus pengaruh.

Sama seperti orang marah saat gelap mata, berapa pun dana harus mereka keluarkan, apa pun cara harus ditempuh demi membuat tumbang akun para warior pecinta NKRI sudah mereka lakukan.

Akun Anak kolong, Leonita, Eko Kuntadi, Putri Cebong, Risma, Narkosun, Muannas Alaidid hingga Budiman Sudjatmiko adalah target berikutnya. Kabarnya, shadow ban mereka sudah berwarna kuning menuju merah. Itu tanda serangan telah memberi dampak. 

Akun-akun besar para influencer pecinta NKRI di tuiter sudah diserang, pada efbe hanya masalah waktu saja. 

Ternyata benar adanya bahwa mereka tak hanya membual dengan ancaman "Mari Perangi buzzeRp". Mereka sudah menetapkan target dan bersatu. Bukan mustahil, setelah akun-akun besar itu tumbang target berikutnya adalah penguasaan opini pada media sosial dan PPKM sebagai program besar negara mereka sasar. 

Siapa sosok paling diincar, sudah pasti posisi Presiden...

Mereka sedang kesetanan dan main kasar. Tak ada kata lain selain LAWAN..!!!!💪💪💪✊✊✊❤🇲🇨
RAHAYU
.Karto Bugel
ARSIP.TOPsekali.com

SALAM INDONESIA TANGGUH..... KITA PASTI BISA, KITA PASTI SEMBUH !

 Sekarang bukan saatnya “meriakkan” kesusahan yang kita alami.... Karena selama pandemi masih “bercokol” di Bumi Nusantara, tak ada satupun dari kita yang akan bisa dengan tenang mencari nafkah ! Semua akan selalu dibayangi “rasa takut” terpapar virus yang setiap saat mengintai kita semua !
Ayo, Kita satukan langkah gerak..... Kita serakkan diri kita untuk membantu Pemerintah menangani 

Follow this link to join my WhatsApp group: https://chat.whatsapp.com/Ceb9HEy2Vv7Fuu1sRPr4vX

PRAY - LOVE - CARE
CINTA DAN KEPEDULIAN BERSATU DALAM DOA ANAK NEGERI UNTUK INDONESIA
Betapa banyaknya para Tenaga Kesehatan yang Gugur dalam menjalankan Tugas Mulia sebagai Garda Depan penanganan Pandemi ini, belum lagi Masyarakat Indonesia lainnya yang harus ditinggalkan oleh orang-orang tersayang, Meninggal akibat keganasan virus Covid-19.
Berdiam diri dan menyerah pada keadaan saat Pandemi seperti sekarang ini, bukanlah hal yang bijak.
Saatnya kini Kita meningkatkan rasa kebersamaan dan Kepedulian sesama yang dimulai dari lingkungan terdekat,
dan Panjatkan doa sebanyak-banyak atas segala ikhtiar yang sudah dan sedang kita jalani agar Pandemi ini segera berakhir.
PRAY - LOVE - CARE, merupakan salah satu ikhtiar untuk membantu Pemerintah mengatasi Pandemi saat ini. Kegiatan ini merupakan salah satu “PEMICU” untuk secara bersama-sama, berkolaborasi menyatukan visi Gerakan Masyarakat “Indonesia Sehat, Indonesia Bermasker”, dengan kegiatan utama yaitu : Menggalang semua Potensi Kekuatan Masyarakat untuk berserak bergerak bersama dan serentak di lingkungan masing-masing dalam memberikan panutan dan ajakan yang humanis, soal betapa pentingnya peran masyarakat dan kita semua dalam menghentikan Pandemi Covid-19 melalui perilaku hidup bersih dan sehat yang taat dan patuh terhadap Protokol Kesehatan. Pemerintah tak akan bisa berbuat banyak untuk mengatasi Pandemi ini tanpa kerja bareng dari Masyarakatnya.
PRAY - LOVE - CARE, adalah “Jalan Masuk” untuk sebuah pergerakkan masif masyarakat !
Abaikan semua perbedaan yang ada..... Abaikan semua perbedaan pandangan politik..... Tujukan dan Fokuskan arah pandangan hati, rasa dan potensi kita bersama pada semua upaya untuk “Menyelamatkan” Bangsa Indonesia !
Sekarang bukan saatnya “meriakkan” kesusahan yang kita alami.... Karena selama pandemi masih “bercokol” di Bumi Nusantara, tak ada satupun dari kita yang akan bisa dengan tenang mencari nafkah ! Semua akan selalu dibayangi “rasa takut” terpapar virus yang setiap saat mengintai kita semua !
Ayo, Kita satukan langkah gerak..... Kita serakkan diri kita untuk membantu Pemerintah menangani 

Pandemi ini secara masif dan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
JAGA KESEHATAN..... KUATKAN IMUN, KUATKAN IMAN DAN JAGA AGAR KITA SEMUA AMAN

Infrastruktur Jokowi Terancam Dimangkrakkan 2024 - Kebangkitan Kelompok Radikal

Infrastruktur Jokowi Terancam Dimangkrakkan 2024 - Kebangkitan Kelompok Radikal (Investigator)


 Direktur Eksekutif Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi memperingatkan partai nasionalis-religius untuk segera mempersiapkan penerus Presiden Joko Widodo. Sebab jika tidak, kelompok intoleran, radikal dan teroris yang di masa pemerintahan Jokowi sangat tertekan, dikhawatirkan akan kembali bangkit. Belum lagi ratusan proyek infrastruktur, baik yang telah selesai dibangun maupun yang masih dalam proses pembangunan dipastikan akan sengaja dimangkrakkan tak terurus.

"Kalau di 2024 itu yang menang adalah capres yang merepresentasikan HTI dan kelompok garis keras, maka Indonesia dan Pancasila dalam bahaya. Periode lima tahun berikutnya akan jadi ajang balas dendam. Kelompok intoleran, radikal dan teroris akan bangkit merajalela. Infrastruktur sengaja dimangkrakkan supaya bisa menyeret Pak Jokowi dan pejabat lainnya untuk dipenjarakan. Ini yang harus dicegah. Partai nasionalis-religius harus mempersiapkan penerus Pak Jokowi. Kalau tidak bisa menyamai, minimal menyerupai kepemimpinan beliau," tegas R Haidar Alwi kepada Investigator, Kamis (5/8/2021).

Bukan karena sudah kebelet pengen jadi Presiden dan bukan pula karena tidak punya empati di tengah Pandemi. Akan tetapi lebih untuk menyelamatkan Indonesia dan Pancasila dari kekuasaan kelompok berbahaya. Penanganan pandemi itu penting tapi masalah ideologi juga tidak kalah penting. Bila pandemi berhubungan dengan keselamatan rakyat saat ini, maka ideologi terkait masa depan anak-cucu bangsa. Bukan tidak mungkin ketika fokus dan perhatian kita dibuat terpusat pada pandemi, di saat yang sama mereka juga bergerak untuk pemenangan di 2024.

"Kelompok radikal yang mengatasnamakan agama ini sudah punya calon kuat yang dianggap paling merepresentasikan mereka. Mereka sudah bergerak dari Jakarta ke arah Barat sampai Aceh dan ke arah Timur sampai ke Jawa untuk 2024. Modusnya bukan pasang baliho seperti Puan dan Airlangga tapi bagi-bagi sembako dengan tajuk "Goodbener". Memanfaatkan penderitaan rakyat di tengah Pandemi untuk memuluskan ambisi berkuasa," papar R Haidar Alwi.

Sedangkan di kubu partai nasionalis-religius pendukung pemerintah, hingga saat ini belum memiliki calon ideal penerus Presiden Jokowi. Bukannya makin solid, mereka justru terkesan saling serang, bahkan sesama kader partainya sendiri. Kondisi ini diperparah lagi dengan adu domba para buzzer dan influencer yang membuat drama di kalangan elit menjadi perpecahan di level akar rumput. Contoh gamblangnya adalah drama Puan versus Ganjar di tubuh PDIP. Puan mendapatkan dukungan internal partai, sedangkan Ganjar diinginkan oleh sebagian organ relawan, buzzer dan influencer.

"Perpecahan seperti ini justru malah menguntungkan calon yang didukung oleh kelompok radikal. Mareka makin hari makin solid. Oleh karena itu, tugas parpol nasionalis-religius sekarang ini adalah mencari capres-cawapres yang dapat menyatukan. Dicintai para pendukungnya sendiri tapi juga diterima oleh kubu lawan. Siapa calonnya? Nah, ini yang belum kelihatan," pungkas R Haidar Alwi. (bbg)

https://investigator.co.id/2024-kebangkitan-kelompok-radikal-ratusan-infrastruktur-jokowi-terancam-dimangkrakkan/

Seluruh pembangunan Stasiun KA Bandara ditargetkan rampung pada 14 Agustus 2021


Selain KA bandara, calon penumpang pesawat juga bisa menggunakan moda transportasi lainnya, antara lain bus DAMRI dan taksi.

"Kami berharap ini dapat memberikan kemudahan kepada pengguna jasa bandara, setidaknya ada alternatif jarak tempuh, waktu, dan jenis moda transportasi," ujarnya.

Kereta Api (KA) Bandara Internasional Yogyakarta – Kulon Progo (YIA) akan beroperasi mulai 17 Agustus 2021.


Saat ini pembangunan di kawasan Stasiun KA Bandara YIA atau Stasiun YIA masih dilakukan.

PT Angkasa Pura I atau AP I (Persero) tengah membangun peron Stasiun KA Bandara seluas 4.000 meter persegi yang dapat menampung 200 orang. Progres pembangunannya telah mencapai 96 persen.

Tak hanya itu, Stasiun KA Bandara juga dilengkapi dengan overcapping peron dengan panjang 200 meter dan lebar 20 meter. Proses pengerjaannya telah mencapai 75 persen.

Baca juga: Ada Shuttle Bandara YIA ke Hotel di Yogyakarta, Harga Rp 60 Ribuan

Seluruh pembangunan Stasiun KA Bandara ditargetkan rampung pada 14 Agustus, sehingga stasiun tersebut bisa mulai melayani penumpang pada 17 Agustus.

Sebelumnya, uji coba lintasan KA Bandara YIA dengan jalur Stasiun Kedundang – Stasiun YIA oleh PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero) telah dilakukan, Kamis (5/8/2021).

Uji coba tersebut meliputi pengecekan jalur lanjutan dengan lokomotif yang sebelumnya juga telah dilakukan pada 19 Juli 2021.


Baca juga: 10 Tempat Wisata di Sekitar Bandara YIA yang Bisa Dikunjungi

Komentar Lihat Foto
Dok. PT Angkasa Pura I
Kereta api di Stasiun KA Bandara YIA atau Stasiun YIA di Bandara Internasional Yogyakarta - Kulon Progo.
Direktur Utama PT AP I Faik Fahmi bersyukur bahwa uji coba tersebut berjalan lancar.

“Nantinya, Stasiun YIA akan terhubung dengan Stasiun Tugu Yogyakarta untuk mengakomodir penumpang pesawat yang menggunakan angkutan kereta api," kata Faik dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis. 

Baca juga: Pantai Glagah, Tempat Wisata yang Bisa Dikunjungi usai Mendarat di YIA

Apabila sudah beroperasi, maka calon penumpang yang naik kereta dari Kota Yogyakarta hanya perlu menghabiskan waktu sekitar 36 menit untuk tiba di bandara.

Selain KA bandara, calon penumpang pesawat juga bisa menggunakan moda transportasi lainnya, antara lain bus DAMRI dan taksi.

"Kami berharap ini dapat memberikan kemudahan kepada pengguna jasa bandara, setidaknya ada alternatif jarak tempuh, waktu, dan jenis moda transportasi," ujarnya.

Minggu, 08 Agustus 2021

Sebelum Wafat, Almarhum Christianto Wibisono Menulis Surat Terbuka Perihal Cina

foto redaksiindonesia.com

Sebelum Wafat, Almarhum Christianto Wibisono 
Menulis Surat Terbuka Perihal Cina
"*Hingga hari ini dipanggil dengan nama kafir, dirusak tempat ibadahnya, didiskriminasi dalam segala perijinan dan beasiswa, dan dihalalkan darahnya untuk dibunuh*"
In Memoriam,
Christianto Wibisono
Rest in Peace

Hal : Cina

Kepada Yang Terhormat Bapak Yusuf Kalla 

Dear Pak Kalla,

Statistik yang Andai kemukakan itu saya sangat percaya kebenarannya. Mungkin Anda bingung Pak dengan statistik ini, biar saya coba bantu menjelaskan dari sudut pandang saya sebagai Tionghwa Kristen.

Walau sebetulnya Anda juga pasti tahu kisah banyak konglomerat Tionghwa Kristen atau tionghoa Kong Hu Cu Indonesia yang memulai usahanya dari nol dan berasal dari keluarga miskin!

Menurut saya Pak, penyebab kesenjangan tersebut adalah akibat perbedaan budaya yang sangat besar, antara budaya yang sangat efisien dengan budaya yang sangat boros. Biar saya jabarkan dalam bahasa sehari-hari Pak ...

1. Bagi orang Tionghwa, dalam berbisnis menjaga kepercayaan bos (supplier) dan kepercayaan customer sangat penting. Ini menyebabkan kami tidak pernah kekurangan modal ketika dagangan membesar, karena selalu disupport supplier. 

2. Rata-rata kami dididik dan mendidik anak-anak kami, anggota keluarga kami dengan disiplin dan diajari tanggung jawab, terutama secara ekonomi. Bagi seorang Tionghwa membebani keluarga secara ekonomi sangatlah memalukan. Sebagian akan mengalami tidak dipandang sebelah mata, dan perasaan terinjak-injak. Namun semua itu tidak membuat kami cuma bisa sirik dan benci Pak, tapi memicu kami untuk bangkit dan berusaha sebaik-baiknya agar tidak dihina.

3. Kami tidak banyak mengeluarkan uang untuk berdandan, bersosialisasi, beramal, saweran sekeliling supaya dipandang kaya dan dihormati.

Jika ada Tionghwa yang melakukan itu semua, biasanya mereka yang sudah di level berekonomi berlimpah atau sedikit yang maksa. 

Pelit ya ..?
Memang itu sifat dasar etnis Tionghwa yang sudah tidak begitu parah sekarang, karena akulturasi budaya dan ajaran agama yang mengajarkan untuk memberi dan menabur kepada yang membutuhkan. Karena kami sangat disiplin kepada diri sendiri, kamipun memperlakukan orang lain seperti itu. Kalau kami dari susah bisa bangkit dengan kerja keras, maka orang lain kalau susah ya salahnya sendiri. Malas dan boros, tidak bisa jaga kepercayaan dan mental krupuk. Kami tidak akan kasihan dengan orang yang malas dan bermental jelek.

4. Kami jarang melakukan kawin cerai dan berpoligami, sehingga energi dan sumber daya keluarga tidak terbuang untuk urusan ribut rumah tangga dan kami bisa terus mengejar target ekonomi kami. 

5. Tionghoa Kristen yang sungguh² beriman banyakan bayar perpuluhan dari pendapatannya ke gereja dan menurut janji Alkitab berkat Tuhan akan tercurah bagi umat yg taat. Percaya atau tidak, data statistik Anda membuktikannya toh?

Sedang Tionghwa Kong Hu Cu rata-rata banyak membantu anggota keluarganya untuk bangkit secara ekonomi, namun tidak diberi ikan tetapi kail! Dan orang yang menabur yang baik tentu akan menuai yang baik kan?

6. Kesuksesan para Tionghwa tersebut tentu secara otomatis menarik naik kaum keluarga dan kerabatnya dari generasi ke generasi. Semua suku tentu lebih mudah berkomunikasi, berinteraksi dan menanamkan kepercayaannya kepada sesama kerabat dan sukunya sendiri toh? Apa Bapak tidak begitu?

7. Pembatasan profesi suku Tionghwa dari zaman dahulu dalam segala bidang telah membuat jalur dagang satu²-nya  jalan penghidupan. Sekarang di kala bangsa ini mulai menyadari perlunya mencetak banyak enterprenueur, kami sudah melakukannya dari generasi ke generasi. 

8. Mungkin darah dan air mata kami yang telah banyak tercurah di Bumi Pertiwi saat peristiwa pembantaian dengan isu PKI dan Kerusuhan Rasial 13 Mei 1998 telah mengetuk pintu belas kasihan Tuhan kepada kami, dan sebaliknya mendatangkan kutuk bagi para pelaku dan keturunannya. 

Mohon maaf Pak ...
Saya tidak bermaksud mengutuki, saya diajar untuk mengampuni dan mendoakan pertobatan mereka.

Begitu kurang lebih analisa saya sebagai seorang Tionghwa Kristen Pak.

Mungkin Bapak bisa kasih analisa mengapa banyak orang Islam yang miskin?

Kalau boleh saya kasih masukan Pak ...
Karena jumlah orang Islam itu ratusan juta di Indonesia Pak! Ya iyalah, lebih banyak orang miskin Islam dibanding orang miskin Tionghwa lho!

Dan ilmu ekonomi suku Tionghwa yang muktahir ada dalam diri seorang Ahok Pak, Tionghoa Kristen gila yang menyimpang dari kebiasaan sukunya yang rata-rata punya prinsip "Jangan mencampuri urusan orang lain, apa untungnya?”

Si kafir Ahok punya hati dan belas kasihan untuk membenahi perekonomian orang-orang miskin di DKI dengan visi "Penuh perutnya, dompetnya dan otaknya".

Dengan tidak mengejar pertambahan kekayaan bagi dirinya sendiri yang sangat bertentangan dengan budaya Tionghoa, di mana ekonomi keluarga itu No 1, sosial nomor terakhir.

Dan apa yang dilakukan bangsa ini kepada Ahok ?
Memenjarakannya !
Dan menggesernya dengan pejabat yang trackrecord, kapabilitas dan integritasnya belum teruji hanya karena seiman.

Nah ... dengan pola pikir dan mental yang seperti ini ya saya gak heran Pak, mengapa masih banyak orang Muslim yang miskin di tanah air. Karena mereka masih dijajah oleh saudara seimannya (para koruptor yang punya prinsip tidak apa-apa korupsi kalau buat bangun Masjid dan sumbang anak yatim piatu. Bapak tahu gak uang haram itu mengandung kutuk?)

Well, begitulah panjang lebar penjelasan saya untuk dimengerti Pak !
Mohon maaf bila tersinggung, karena kamipun sudah bukan tersinggung lagi dan merasa dibully habis sejak dari zaman kecil yg kalau lewat sering diteriaki "Cina! Cina loe!”

Seorang fotografer Hungaria, Attila Manek, secara tidak sengaja menjepret seorang ibu yang sedang membeli buah

 

Seorang fotografer Hungaria, Attila Manek, secara tidak sengaja
 menjepret seorang ibu yang sedang membeli buah

Foto yang indah👆🏻diambil oleh seorang fotografer telah menjadi klasik yang beredar selama beberapa dekade. Seorang fotografer Hungaria, Attila Manek, secara tidak sengaja menjepret seorang ibu yang sedang membeli buah & sayuran di sebuah pasar di Budapest, Hungaria pada tahun 1987, membawa bayi kecil dalam kantong plastik transparan, dan bayi itu mengunyah apel.

Dalam foto tersebut, ibu dengan rambut pendek diprofilkan & dia tampak anggun & tampak seperti Putri Diana dari Inggris, yang membuat kagum banyak orang. Namun, yang lebih menarik perhatian adalah dia pergi ke pasar sayur & membawa bayinya di dalam kantong plastik besar. Garis otot urat tampak dilengan beban berat telah membuat foto ini banyak di repost oleh netizen selama bertahun-tahun.

33 tahun kemudian, fotografer Attila Manek sekali lagi menemukan pasangan ibu & anak Hungaria. Saat itu, bayi dalam kantong plastik telah tumbuh menjadi wanita dewasa muda berusia 30-an. Fotografer dan pasangan ibu & anak itu sekali lagi ke pasar Budapest, untuk menciptakan kembali pemandangan tersebut dengan cara yang lucu.

Sang putri dengan senang hati memegang foto yang diambil oleh Attila Manek sebelumnya dan berpose untuk berfoto setelah 33 tahun. Attila Manek membagikan foto terbaru ibu & anak Budapest ini pada awal 2020 dan karyanya dengan cepat mengundang banyak komentar dari netizen: "Sangat menyentuh! Bayi kecil itu tumbuh sehat dan sang Ibu setelah lebih dari 30 tahun masih anggun dan cantik.", 
"Saya sangat menyukai pasangan ibu dan anak ini, saya melihat hubungan mereka sangat baik", "Ibu benar-benar terlihat seperti Putri Diana, dan masih memancarkan temperamen yang luar biasa."

Sebuah rana sesaat menghubungkan cerita 33 tahun terpisah, meninggalkan gambar & kenangan abadi. Ini adalah kombinasi dari humanisme hangat & teknologi fotografi👇🏻
Ini anaknya sdh besar, dan dia bawa foto yg lama







Kasus Rizieg Kerumunan (Banding) di Petamburan dan Megamendung ditolak

*Kasus Rizieg Kerumunan (Banding) di Petamburan* 
*dan Megamendung ditolak*

"*Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Rizieq memaki pemerintah seolah pemerintah itu berada di bawah levelnya dan bisa seenaknya diinjak, bagaimana dia mendoakan lawan politiknya dengan kalimat-kalimat sumpah serapah dan sadis yang biasanya dilontarkan oleh orang tak berpendidikan dan tak beradab.*"Xhardy
Aug 07, 2021
Terlalu sibuk dengan sepak terjang Demokrat yang nyinyir terus belakangan ini, membuat kita lupa ada kabar lumayan bagus terkait dengan kasus Rizieq.

Sebelumnya Majelis Hakim PN Jaktim memvonis Rizieq dengan hukuman penjara delapan bulan dalam perkara pelanggaran protokol kesehatan di acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Petamburan.

Majelis Hakim juga menjatuhi hukuman denda sebesar Rp 20 juta atau diganti dengan hukuman lima bulan penjara bila tak membayarnya.

Sementara untuk kasus hasil swab tes di RS Ummi Bogor, Majelis Hakim menjatuhkan vonis empat tahun penjara terhadap Rizieq.

Ketua Majelis Hakim saat itu, Khadwanto, menyatakan Rizieq terbukti bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan penyiaran berita bohong dan timbulkan keonaran.

Pihak Rizieq tidak terima dengan hasil putusan tersebut dan berupaya mengajukan banding.

Hasilnya?

Hari Rabu lalu, banding Rizieq dalam kasus kerumunan di Petamburan dan Megamendung ditolak Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Bahkan Ketua Majelis Hakim PT DKI, Sugeng Hiyato, malah menguatkan vonis PN Jaktim.

Menurut kuasa hukum Rizieq, Aziz Yanuar, Rizieq bersyukur dan bersabar dengan putusan tersebut. Padahal, kalau dipikir-pikir, Rizieq pasti kesal dan marah dalam hati, hehehe. Tapi memang tidak ada yang bisa dia perbuat kecuali pasrah menerima kenyataan. Hanya bisa meratapi nasib di balik jeruji besi kecuali dia manusia super yang bisa membengkokkan besi saat marah.

Aziz juga menyebut bahwa Rizieq mendoakan Majelis Hakim yang mengandaskan bandingnya itu agar diberikan keberkahan dan kesehatan. Selain itu, dia juga meminta kepada hakim agar menegakkan keadilan dalam memutus setiap perkara yang ditangani tanpa memprioritaskan kebencian.

“Janganlah kebencian kita kepada sesuatu dan seseorang menjadikan kita tidak adil,” katanya. Dia juga mengatakan, ketidakadilan dan diskriminasi hukum membuat Indonesia tidak berkah dan mengundang kemarahan Allah.

“Lanjutkan revolusi akhlak,” kata Aziz Yanuar.

Mungkin ini adalah kabar yang bisa menaikkan kadar imun sedikit lebih tinggi dari biasanya. Banding terkait kasus swab di RS Ummi belum diketahui. Semoga saja tidak berubah. Ini kunci utamanya. Kalau dua kasus di atas diterima bandingnya pun tidak masalah asalkan kasus swab di RS Ummi tidak diutak-atik lagi. Biarkan negara ini lebih tentram dan damai di saat Rizieq menenangkan diri (atau malah menimbun dendam) di balik jeruji besi.

Semoga Rizieq tetap tabah menjalani hukumannya meskipun kita semua tahu orang seperti dia tidak akan terima dengan putusan tersebut. Dia tidak seperti Ahok secara ksatria tidak lari dari masalah, tidak melarikan diri, tidak absen hadir di persidangan dan tidak ambil hak bebas bersyarat dan jalani hukuman sampai selesai full komplit.

Semoga Rizieq bisa bertobat, meskipun kita tahu orang arogan seperti dia sangat sulit bertobat, karena besar kepalanya gak ketulungan akibat terlalu lama dipuja-puji oleh pendukungnya. Bahkan baliho pun disembah. Kacau.

Semoga Rizieq paham kalau dalam politik itu, sekali kena masalah, nyaris tidak ada yang bisa membantu. Fight alone. Paling hanya dapat support doa dan prihatin saja. Sisanya, jalani sendiri sambil menangis di pojokan. Tapi orang ini gak kenal kapok. Nanti kalau sudah bebas, ada yang nawarin, pasti bakal teriak lagi mempolitisasi isu hangat lainnya. Sejatinya, Rizieq ini memang seakan hidup dari mulutnya yang menjual sensasi, kontroversi, provokasi dan hasutan berbau ujaran kebencian.

Kekesalan kita sempat hampir mencapai puncaknya sebelum pemerintah memutuskan membereskan Rizieq hingga tak sanggup berdiri lagi.

Euforia begitu terasa saat baliho Rizieq dirobek. Rizieq berusaha melarikan diri dan akhirnya ditahan, adalah hadiah kejutan yang luar biasa. Mendengar vonis 4 tahun penjara, adalah hadiah yang lumayan meski dirasa masih kurang.
Mendengar bandingnya ditolak, anggap saja sebagai hiburan penambah imun.
*Arsip.TOPsekali.com*

Jumat, 16 Juli 2021

Khilafahisme Ambyar Pancasila Menggelegar, Dengarkan Agar Rakyat Indonesia Sadar

Khilafahisme Ambyar Pancasila Menggelegar, 
Dengarkan Agar Rakyat Indonesia Sadar 
ARSIP.TOPsekali.com
KHILAFAHISME AMBYAR PANCASILA MENGGELEGAR
Khilafah sebagai sistem ideologi sebenarnya tidak pernah eksis dalam sejarah. Para pemimpin negara Islam yang menyebut diri khalifah pun sebenarnya tidak lebih dari raja-raja yang menjalankan sistem monarkhi (al-mamlakah).
Di negara-negara teokrasi yang didasarkan atas agama, tak ada jaminan kebebasan beragama. Selalu ada "agama-agama kelas dua" yang disubordinasi di bawah Islam. Kalaupun ada praktek toleransi, itu tergantung siapa khalifah  yang berkuasa. Ada khalifah yang toleran, tetapi banyak pula yang fanatik buta, bahkan ada yang dijuluki si gila. Terlalu banyak bukti sejarah yang menyaksikan hal itu.
Sebaliknya, Pancasila sudah teruji sesuai dengan realitas masyarakat kita yang majemuk, yang ratusan tahun merayakan "Bhinneka Tunggal Ika" 
(Berbeda-beda tetapi satu). (By Bambang Noorsena).

Jumat, 11 Oktober 2013

TAN MALAKA: BAPAK REPUBLIK YANG TERLUPAKAN
Hatinya terlalu teguh untuk berkompromi. Maka ia diburu polisi rahasia Belanda, Inggris, Amerika, dan Jepang di 11 negara demi cita-cita utama: kemerdekaan Indonesia.

Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya �Bapak Republik Indonesia�. Soekarno menyebutnya �seorang yang mahir dalam revolusi�. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.


SUTAN SJAHRIR: PERAN BESAR BUNG KECIL
Sutan Sjahrir adalah satu dari tujuh �Bapak Revolusi Indonesia�. Dia mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan walau dia sendiri absen dari peristiwa besar itu.

Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah. Yakni melalui diplomasi: cara yang ditentang �Bapak Revolusi� lain.

Sejarah telah menyingkirkan peran besar Bung Kecil- begitu Sjahrir biasa disebut. Meninggal dalam pengasingan, Sjahrir adalah revolusioner yang gugur dalam kesepian.



NJOTO: PENIUP SAKSOFON DI TENGAH PRAHARA 
IA berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu �pro-rakyat� dan menggelorakan �semangat perjuangan�.

Ia menghapus The Old Man and the Sea�film yang diangkat dari novel Ernest Hemingway�dari daftar film Barat yang diharamkan Partai Komunis Indonesia. Ia menghayati Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang �kapitalis� harus selalu dimusuhi.

HATTA: JEJAK-JEJAK YANG MELAMPAUI ZAMAN
Ketika wafat pada 1980, ia meninggalkan "30 ribu judul buku" dalam perpustakaan pribadi, sebagai warisannya yang termahal.
Integritas dan kesederhanaan hidup menjadikannya mutiara yang langka di antara deretan pemimpin Indonesia masa kini maupun lampau. Tapi dia lebih langka lagi sebagai negarawan yang menulis.

Mari bertamasya sejarah bersama Hatta.

KARTOSOEWIRJO: MIMPI NEGARA ISLAM
Berasal dari keluarga abangan, sekarmadji maridjan Kartosoewirjo menjadi pemimpin pemberontakan Darul Islam.

Hampir lima puluh tahun setelah kematiannya, pemikiran dan cita-cita mendirikan negara Islam masih bergelora di kalangan sebagian umat islam negeri ini.

G 30 S DAN PERAN AIDIT
BERTAHUN-TAHUN orang mengenalnya sebagai "si jahat". Lelaki gugup berwajah dingin dengan bibir yang selalu berlumur asap rokok.
Bertahun-tahun terdengar kalimat-kalimat ini meluncur dari mulutnya: "Djawa adalah kunci..." "Djam D kita adalah pukul empat pagi..." "Kita tak boleh terlambat...!"
Tapi ia bukan sepenuhnya "si brengsek", sebagaimana ia bukan sepenuhnya tokoh yang patut jadi panutan.

100 CATATAN YANG MEREKAM PERJALANAN SEBUAH NEGERI

MEMPERINGATI 100 Tahun Kebangkitan Nasional, kami menyajikan edisi khusus yang berbeda, yakni memilih 100 teks yang terbit mulai 1908 yang kami anggap berpengaruh atau memberikan kontribusi terhadap gagasan kebangsaan. Istilah teks dipakai di sini karena yang kami pilih tidak hanya buku, tapi juga pidato, laporan jurnalistik, polemik, renungan, juga roman dan puisi.

Kamis, 10 Oktober 2013

Santri Kelana Ahli Tarekat

SUARA "mesin toelis" selalu terdengar setiap malam dari salah satu kamar di ujung kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Tahunnya 1934: mesin ketik masih barang langka dan mewah.

Para santri yang masih terjaga merasa terganggu. Tapi siapa berani memprotes? Sang pengetik adalah Abdul Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asy'ari, pengasuh pondok. Wahid baru pulang dari Mekah. Dalam usia 20 tahun, anak sulung dari sepuluh bersaudara itu diminta ayahnya membantu mengajar dan membimbing para santri. "Semua dawuh Gus Wahid ketika itu dianggap top," kata Muchit Muzadi, 87 tahun. "Ndak ada yang berani protes kalau beliau lagi mengetik."

Muchit masuk Tebuireng pada 1937 dalam usia 12 tahun. Ia lulus Salafiyah pada 1943. Pondok masih dipimpin langsung KH Hasyim Asy'ari, dibantu putranya, Wahid Hasyim. Tertarik pada suara mesin ketik, Muchit dan sejumlah santri sering mengendap-endap, mengintip Wahid Hasyim dari balik jendela kamar. Wahid tak merasa terganggu, malah membiarkan santri-santrinya meninjau dari balik jendela kaca.

Rasa penasaran Muchit terhadap "mesin" terpenuhi karena dia kenal Karim Hasyim, adik Wahid Hasyim-yang membiarkannya ketak-ketik sembarangan ketika si gus sedang mengajar. "Gus Wahid tahu saya belajar mengetik pakai mesin itu, tapi beliau diam saja," Muchit bercerita. Kamar dengan penerangan senthir, lampu minyak yang digantung, itu tiap malam tak pernah hening. Jika tak mengetik, bisa dipastikan Wahid sedang membaca. "Sejak saya menginjakkan kaki di Tebuireng, saya melihat beliau tak pernah berhenti membaca," kata Muchit.

***

PADA masa awal kelahirannya, Wahid sering sakit-sakitan. Sebagai anak lelaki pertama-empat anak terdahulu perempuan-hal itu merisaukan ibundanya, Nyai Nafiqoh. Sang ibu bernazar, pada usia tiga bulan Wahid akan dibawa ke guru ayahnya, KH Kholil, di Bangkalan, Madura.

Ketika waktu itu tiba, Bangkalan sedang disiram hujan lebat. Petir sambar-menyambar. Bukannya membukakan pintu, Kiai Kholil malah meminta tamu dan bayinya itu menunggu di halaman rumah. Karena cemas melihat bayinya kehujanan, Nyai Nafiqoh menggendong sang bayi berteduh di emper sambil berdoa.

Tuan rumah tidak kasihan, tapi malah memerintahkan membawa sang bayi kembali ke halaman. Beberapa waktu kemudian, KH Kholil meminta bayi itu dibawa pulang. "Kisah itu menjadi isyarat, kelak sang bayi akan menjadi orang besar," kata Munib Huda, sekretaris pribadi Abdurrahman Wahid, anak tertua Wahid. Munib menilai kisah itu hanya bisa ditafsirkan oleh orang-orang yang ikhlas dan linuwih. Wahid lulus dari Madrasah Tebuireng pada usia 12 tahun. Di sela-sela pelajaran agama, dia menghafal syair-syair berbahasa Arab. Setahun kemudian, dia meminta izin kepada ayahnya untuk mengembara ke sejumlah pesantren.

Dalam berbagai pengembaraan ke pesantren-pesantren, Wahid selalu menggunakan oto, sebutan mobil zaman dulu, yang disetirnya sendiri. Selain dalam usia belasan tahun sudah mahir menyetir mobil, ia piawai mengendarai sepeda motor. Pernah, suatu ketika, karena ngebut, ia dan sepeda motornya nyemplung ke kali di depan pesantren. Lebar kali itu hampir empat meter dan arusnya deras. Tapi ia tak kesulitan saat naik ke jalan. Mesin sepeda motornya tetap menyala dan tubuh serta pakaiannya tidak basah. "Ia mengaku perasaannya tidak masuk ke kali, melainkan di jalan raya," kata Imam Tauhid, mantan abdi dalem Pondok Pesantren Tebuireng. Wahid memulai pengembaraan dengan menyantri di Pondok Siwalan, Panji, Sidoarjo, selama 25 hari, 1-25 Ramadan. Kemudian pindah ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang didirikan KH Abdul Karim, alumnus Tebuireng dan kawan dekat ayahnya.

Dari Lirboyo, Wahid meneruskan pengembaraan ke sejumlah pondok pesantren di sekitar Jawa Timur. Selama dua tahun ia berpindah-pindah pesantren, kemudian pulang ke Tebuireng. Mondok berpindah-pindah merupakan tradisi nahdliyin. "Para santri sering berkelana untuk mencari barokah sang kiai," kata Munib Huda. "Jika santri mondok, makan dan minum juga ikut kiai."

Menurut Munib, di era muda Wahid, kiai di tiap pondok punya spesialisasi masing-masing. Ada spesialis ilmu fikih, tafsir, falaq, manteq, atau hukum agama. Aura dan karisma kiai masih benar-benar terasa. "Kalau sudah mondok di kiai-kiai, meskipun sebentar, sepertinya ilmu yang dimiliki menjadi peng-pengan alias dahsyat," kata Munib.

Kembali ke Tebuireng, Wahid mulai mengenal huruf Latin. Ia juga mulai membaca buku berbahasa Inggris, Jerman, dan Belanda serta mempelajari matematika, ilmu bumi, dan pengetahuan umum. Dia juga berlangganan majalah tiga bahasa terbitan Bandung. "Huruf Latin pada masa itu tak diajarkan di pondok," kata Salahuddin Wahid, salah satu putra Wahid Hasyim. Yang ingin bisa menulis Latin, belajar bahasa Inggris atau Belanda, harus belajar sendiri. "Pesantren tidak mau mengajarkan bahasa asing karena waktu itu sedang melawan Belanda."

Pada 1932, di usia 18 tahun, Wahid pergi ke Tanah Suci didampingi sepupunya, Muhammad Ilyas. Sembari menunaikan ibadah haji, mereka berdua diminta mendalami ilmu tafsir, hadis, nahwu, shorof, dan fikih. Dua tahun kemudian ia kembali ke Jombang. Kehadirannya di pondok membawa pencerahan. Dia mengusulkan kepada ayahnya perombakan kurikulum pendidikan pesantren, dari klasikal ke tutorial. Ide itu sempat ditolak, tapi kemudian bisa diterima. Hubungan pondok dengan dunia internasional juga kian luas karena Wahid bisa membantu menerjemahkan surat-surat ke berbagai bahasa. "Ayah saya yang memulai pendidikan non-agama di pesantren," Salahuddin bercerita. "Beliau berlangganan majalah, memahami sesuatu, lalu membeli buku. Semua ilmu dia pelajari otodidaktik."

Perombakan kurikulum diterima sang ayah dengan merestui berdirinya Madrasah Nizamiyah, yang tempat belajarnya di serambi Masjid Tebuireng dengan siswa pertama 29 orang. Abdul Karim Hasyim termasuk siswa pertama. Pelajaran menggunakan tiga bahasa: Arab, Belanda, Inggris.

Menurut Lily Wahid, Ilyas yang pertama kali memperkenalkan bahasa Belanda kepada Wahid. Pemahaman terhadap Belanda berubah: harus menguasai agar bisa membebaskan diri dari penjajah. "Ketika kami pindah ke Jakarta, ibu saya juga mengikuti kursus bahasa Belanda," kata Lily.

Berbeda dengan Wahid, yang tak pernah bersekolah formal, Ilyas sempat duduk di bangku Hollandsch Inlandsche School, sekolah dasar Belanda. "Wahid Hasyim produk pengajaran ayahnya, tak pernah masuk sekolah Belanda," kata Zamakhsyari Dhofier, 71 tahun, Rektor Universitas Sains Al-Quran, Wonosobo, Jawa Tengah. Wahid sengaja tak dimasukkan ke sekolah Belanda karena KH Hasyim Asy'ari takut hal tersebut memicu kontroversi di kalangan ulama, yang ketika itu melawan kolonialis Belanda. Justru Ilyas, sepupu Wahid, yang dikirim ke sekolah Belanda. "KH Hasyim Asy'ari berstrategi, dari Ilyas inilah Wahid kelak bisa belajar soal Belanda tanpa menimbulkan kontroversi," kata Dhofier.

KH Imam Tauhid, 87 tahun, abdi dalem keluarga Hasyim Asy'ari selama 32 tahun, yakin Wahid seorang wali. Ia selalu berpuasa sejak usia 12 tahun. Makan hanya sayuran, tempe-tahu jarang, ikan sama sekali tak pernah. Tiap malam ia melakukan salat tahajud. Beliau bisa berjalan tanpa menapak tanah, kata Imam. Mobil cuma ditepuk langsung mogok. Kereta api yang ditumpangi santri dari Jakarta yang hendak ke Tebuireng tapi kebablasan, cuma ditepuk tangan saja, berhenti. Dia orang khos, kata Imam.Gus Wahid tak pernah lelah berkelana sambil belajar, dan sepanjang hidupnya melakukan tirakat.

Penerus Makrifat Syekh: Mudin Penakluk Harimau

Abdul Wahid Hasyim dikenal suka mentraktir dan tidak membeda-bedakan teman. Memberontak dengan mengenakan celana panjang-bukan sarung-di pesantren.

PULUHAN santri dan warga Tebuireng berdesakan di masjid pondok pesantren. Mereka tengah menggelar pengajian yang rutin digelar setiap Jumat seusai salat isya. Suara mereka terdengar hingga ke dalam kasepuhan, yang berjarak sekitar 10 meter dari masjid. Kasepuhan adalah tempat bermukim keluarga besar Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Malam itu, 1 Juni 1914, suasana di dalam kasepuhan tak kalah ramai. Nafiqoh, istri kedua Hasyim, tengah menahan rasa sakit lantaran detik-detik kelahiran bayi yang dikandungnya makin dekat. Dia dikelilingi sejumlah kerabat dan pelayan dekat. Menjelang malam, dari dalam kasepuhan melengking tangis bayi. Nafiqoh melahirkan bayi lelaki. Air mata bahagia meleleh dari putri Kiai Ilyas, pengasuh Pondok Pesantren Sewulan, Madiun, itu. Hasyim memberi nama putranya Muhammad Asy'ari. Nama ini diambil dari nama ayah Hasyim. Ia mewariskan nama itu kepada sang bayi karena empat kakaknya semuanya perempuan. Tapi, sebulan kemudian, nama ini diganti. Asy'ari kecil sering sakit hingga tubuhnya makin lama makin kurus. Nama itu dianggap terlalu berat disandang sang bayi.

Hasyim kemudian mengganti nama putra pertamanya itu dengan Abdul Wahid Hasyim. Nafiqoh memanggil anaknya itu dengan panggilan "Mudin". Menurut Imam Tauhid, kini 87 tahun, fisik Gus Wahid-demikian ia menyebutnya-biasa saja. Imam pernah menjadi abdi dalem kasepuhan Pesantren Tebuireng selama 32 tahun. "Dia tidak cakep, tapi makrifatnya tinggi," katanya saat ditemui di rumahnya di Dusun Balongjambe, Pare, Kediri. Wahid kecil memang memiliki kemampuan yang tak sama dengan anak lain. Sang ayah tak menyekolahkannya ke Hollandsch Indische School layaknya putra seorang tokoh pada zaman itu. Hasyim memang dikenal antisekolah yang didirikan penjajah. Ia pun memilih mengajar anak-anaknya sendiri. Karena cerdas, Wahid cepat menyerap semua pelajaran yang diberikan.

"Kalau saat itu bisa dihitung, nilai IQ ayah saya pasti tinggi," kata Salahuddin al-Ayyubi, anak ketiga Wahid, yang kini memimpin Pesantren Tebuireng, dan biasa dipanggil Gus Solah. Umur lima tahun Wahid sudah belajar membaca Al-Quran. Hasyim sendiri yang mengajar putranya itu setiap seusai salat zuhur dan magrib. Untuk pengetahuan agama lain, Wahid\ belajar di Pesantren Tebuireng pada pagi hari. Karena cepatnya ia menyerap ilmu yang diajarkan, pada umur tujuh tahun ia sudah mulai belajar "kitab". Di antaranya kitab Fathul- Qarib, Minhajul Qawim, dan kitab Mutammimah. Hasyim memiliki kamar khusus untuk anak-anaknya belajar ilmu kitab itu. "Semua anaknya diperintahkan belajar di ruangan itu," kata Abdul Hakam, 68 tahun, salah seorang cucu Hasyim yang pernah tinggal di kasepuhan.

Kendati demikian, bukan berarti Wahid tidak pernah bermain-main layaknya anak lain. Meski tergolong bocah pendiam, ia kerap bermain dengan teman sebayanya. Wahid juga kerap mengajak kakak dan adik-adiknya bermain bersama-sama. "Ia sangat perhatian sama adik- adiknya," kata Imam. Meski sebagai anak kiai, yang dianggap memiliki derajat lebih tinggi,

Wahid bermain dengan semua anak. "Dia tak pernah memilih-milih teman," ujar Imam. Gus Wahid juga suka mentraktir teman-temannya. Ia juga dikenal suka berbagi pisang goreng, makanan kesukaannya. Bila ibunya tidak membuat penganan itu, ia kerap membeli pisang goreng di warung sekitar pondok dan membaginya kepada kawan-kawannya. Tak seperti anak kebanyakan, Wahid kala itu kerap mendapat uang saku dari orang tuanya. Jika uang sakunya habis, sementara ia ingin jajan, biasanya ia menulis memo di atas secarik kertas yang kemudian ia tukarkan dengan makanan yang ia inginkan. "Nanti ayah atau ibunya yang akan membayar makanan berdasar memo itu," kata Imam.


Seperti anak-anak lainnya, Wahid kerap dimarahi ayahnya jika bersalah. Berbeda oleh sang ayah, jika yang memarahi ibunya, biasanya ia lalu menangis. Imam mengenang bagaimana sang ibu kerap menenangkannya saat Wahid kecil menangis. "Kamu jangan suka nangis, karena nanti kalau sudah besar bakal jadi menteri," kata Nafiqoh seperti ditirukan Imam. Ucapan yang kelak ternyata memang benar. Wahid juga dikenal memiliki selera makan yang tidak macam-macam. Kegemarannya adalah makan nasi putih dan kulup (sayur-mayur yang direbus). Ia tak suka makan ikan, daging, atau tahu-tempe. Meski makanannya terkesan tak bergizi, ia terhitung jarang sakit. "Tubuhnya kuat karena sering bermain sambil olahraga," kata Imam.

Saat bermain, Wahid gemar berlari ke sana-kemari. Ini pulalah yang dilakukannya saat ayahnya mengajar para santri. Dengan santainya Wahid berlari-lari dan menggelendot pada ayahnya. Tapi ia memang luar biasa. Sembari bermain seperti ini, ia menguping dan menyerap pelajaran yang disampaikan ayahnya kepada para santri itu.

Karena cepatnya ia menyerap ilmu itu pulalah, pada usia 12 tahun, setamat dari madrasah Tebuireng, ia sudah bisa mengajar. Murid pertamanya adiknya sendiri: Abdul Karim Hasyim. Sambil mengajar adiknya pada malam hari, biasanya ia belajar dan membaca buku-buku dalam bahasa Arab.

Wahid juga menyerap ilmu dari pesantren di luar Tebuireng. Ia, antara lain, pernah belajar di Pondok Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, juga Pesantren Lirboyo, Kediri. Pesantren ini dibangun teman ayahnya, Kiai Abdul Karim. Ia hanya tiga hari berada di pesantren ini. Era mencari ilmu dari pesantren ke pesantren ini dilakoni Wahid hingga usia 15 tahun. Tempo sempat menemui Kiai Haji Aziz Masyhuri di Pesantren Al-Aziziyah di Dusun Denanyar, Jombang. Ia pernah menulis biografi Wahid Hasyim, yang dimuat dalam buku 99 Kiai Kharismatik Indonesia. Ia berkisah Wahid kerap berpindah-pindah pesantren karena tak menemukan pesantren yang cocok. "Ia hanya menyerap apa yang hanya dianggapnya baik, setelah itu berkelana ke pesantren lain," katanya.

Wahid juga dikenal memiliki khos (kekhususan) dalam dirinya. Menurut Imam, Wahid pernah mempertunjukkan kelebihannya itu dengan naik ke punggung harimau peliharaan ayahnya. Harimau itu dikurung di kandang di bawah pohon besar beberapa meter dari masjid kasepuhan. Imam sendirilah yang sehari-hari bertugas memberi makan harimau itu. "Harimau itu tak melawan saat Gus Wahid menungganginya," kata Imam.

Meski dikenal sebagai anak yang sopan dan patuh kepada orang tua, Wahid remaja sempat menunjukkan pemberontakannya terhadap tradisi pesantren. Saat kecil, seperti yang lain, ia dikenal hanya suka bersarung dan mengenakan blangkon, busana "sehari-hari" warga pondok. Suatu ketika, saat remaja, ia membuat geger pesantren lantaran muncul bercelana panjang. Tingkah lakunya itu membuat Hasyim berang. Hasyim menegur putranya itu. Tapi Wahid berkukuh, menyatakan memakai celana tidak melawan agama. Sang aayah pun mengalah dan membiarkan anaknya tersebut bergaya dengan caranya sendiri.

Pesantren di Sarang Penyamun

TEKAD Hasyim Asy'ari sudah bulat. Ia akan membangun pondok pesantrennya sendiri. Setelah berzikir dan berdoa, ia pun memilih kawasan Tebuireng, Jombang, untuk mewujudkan cita-citanya itu. Pada 1899-saat itu umurnya 28 tahun-Hasyim memboyong keluarganya, pindah dari Nggendang, Jombang, tempatnya selama ini bermukim, menuju Tebuireng.

Niat ini awalnya ditentang semua saudara dan teman-teman dekatnya. Bahkan ia diejek dan ditertawai kiai-kiai lain. Mereka tahu Tebuireng adalah daerah yang berbahaya dan tanpa agama. Orang menyebut Desa Tebuireng sebagai desa tanpa perikemanusiaan. Penduduk di sana punya hobi merampok dan lokasi pelacuran bertebaran di sepanjang jalan. "Menyiarkan agama Islam ini artinya memperbaiki manusia," kata Hasyim kepada yang menentangnya kala itu. Desa Tebuireng menjadi kawasan "jahiliah" karena ada pabrik gula warisan Belanda. Para buruhnya tinggal di sekitar pabrik. Mereka gemar berjudi, hura-hura di pasar malam, dan keluar-masuk tempat pelacuran yang tumbuh subur. Penyamun juga berdatangan ke tempat ini, menyatroni para buruh berkantong tebal atau memalak mereka yang keluar-masuk tempat pelacuran.

Hasyim muda tetap nekat. Ia mendirikan pondok yang hanya terletak sekitar seratus meter di seberang pabrik. Awalnya ia mendirikan sebuah pondok beratap rumbia. Hanya berukuran 6 x 8 meter persegi, pondok itu terbagi atas dua ruangan. Hanya dua santri yang berguru di situ pada mulanya. Beberapa bulan kemudian, jumlah santri bertambah jadi 28 orang.

Meski lumayan banyak, para santri itu tak bisa hidup tenang. Selama dua tahun pertama, mereka tidur berdesakan di dalam bilik-bilik dan tak berani merapatkan ke tubuh ke dinding yang terbuat dari gedek (anyaman bambu). Saat itu sering terjadi "perang kecil" antara santri dan penduduk yang tak suka kepada mereka. Para penduduk, terutama di malam hari, sering menyerang mereka dengan menusukkan tombak dan parang dari balik dinding. "Para begundal saat itu ganas sekali," kata Imam Tauhid, 87 tahun, salah satu pelayan Kiai Hasyim yang kini masih hidup, kepada Tempo. Imam kini bermukim di Dusun Balongjambe, Pare, Kediri.

Perlahan-lahan, perang ini dimenangi Hasyim dengan para santrinya. Menurut Imam, satu per satu perampok itu angkat kaki. Lokasi pelacuran dan judi pun mereka gusur. Pesantren Tebuireng mulai kebanjiran santri hingga mencapai 200 orang. Pada 6 Februari 1906, pesantren ini mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda.

Pada zaman revolusi, Pesantren Tebuireng pernah diserbu Belanda karena dianggap membangkang. Mahmad Baedlowi, salah seorang cucu Hasyim, bercerita kepada Tempo, pesantren itu sempat berkali-kali diserang tentara Belanda. Keluarga Hasyim dan para santri terpaksa mengungsi. Belanda bahkan pernah membangun markas tentaranya di sisi utara pesantren. Kendati pesantren dibombardir pasukan Belanda, bisa dibilang mortir-mortir Belanda tak pernah mengenainya. "Bom mereka selalu meleset dan hanya meledak di sekitar pesantren," kata pria 73 tahun itu.

Setelah seabad lebih tumbuh, Pesantren Tebuireng kini berkembang pesat. Tebuireng menjadi pelopor pesantren modern. Pesantren yang kini berdiri di atas lahan 12 hektare itu terbagi atas tiga kompleks bangunan yang berdekatan: asrama putra-putri, gedung SMP dan SMA, serta sebuah universitas. Jumlah santrinya kini sekitar 1.500 orang.

Tiga pekan lalu, saat Tempo mengunjungi Tebuireng, terlihat pesantren legendaris itu tengah dibenahi. Sejumlah gedung dipugar. Menurut Salahuddin Wahid, salah satu putra Wahid Hasyim yang kini memimpin pesantren itu, bangunan asli pesantren tetap dipertahankan. Salah satu bangunan yang berkali-kali direnovasi tapi tetap dipertahankan bentuknya adalah masjid yang dibangun Hasyim Asy'ari. "Kami ingin pesantren ini terus berdiri hingga kiamat nanti," kata kiai yang biasa disapa Gus Solah itu.

Berakar dari Sultan Demak

Abdul Wahid Hasyim merupakan keturunan keluarga ulama masyhur, para perintis pesantren di Jawa. Ayahnya, KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Sedangkan ibunya putri KH Muhammad Ilyas, pendiri Pesantren Sewulan, Madiun. Seperti umumnya keluarga ulama waktu itu, perkawinan merupakan perjodohan antar-anak kiai atau anak kiai dengan santrinya.

Dirunut lebih jauh, dari pihak ibu, Wahid Hasyim masih keturunan Ki Ageng Tarub I. Sedangkan dari pihak ayah, silsilah itu sampai pada Jaka Tingkir atau Sultan Adiwijaya, raja pertama Kesultanan Pajang (1549-1582). Keduanya bermuara di Sultan Demak Raden Brawijaya VI, yang berkuasa pada 1478-1498.

Para ilmuwan memang masih ragu terhadap perihal silsilah ini karena sanad nasab itu berupa cerita oral. Tapi buku-buku yang mengulas kisah hidup ulama Jawa memakai silsilah itu untuk menerangkan pertalian darah mereka dengan pendiri kerajaan Islam di Jawa, wali-wali, bahkan hingga Majapahit.

Wahid Hasyim juga sepupu satu buyut dengan R. Ng. Haji Minhadjurrahman Djojosoegito, pendiri Jaringan Ahmadiyah Indonesia aliran Lahore. Minhadjurrahman-yang dididik secara Muhammadiyah dengan berguru kepada Ahmad Dahlan-teman debat Wahid Hasyim. Karena itulah tak aneh jika Wahid punya pemikiran terbuka terhadap golongan ini. Ia tahu persis bagaimana Ahmadiyah, baik secara pemikiran maupun nasab atau keturunan.

Wahid Hasyim

KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra dari pasangan KH. M. Hasyim Asy�ari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas (Madiun) yang di lahirkan pada Jum�at legi, 5 Rabi�ul Awal 1333 H./1 Juni 1914 M. Ayahandanya semula memberinya nama Muhammad Asy�ari, diambil dari nama kakeknya. Namun, namanya kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama datuknya. Dia anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara.

KH A. Wahid Hasyim adalah pribadi yang cerdas dan lihai dalam berpidato.Terutama sekali karena pidatonya selalu didukung dan dilengkapi dengan tema-tema yang disitir dari salah berbagai buku. Tentu tiada kesulitan bagi KH A. Wahid Hasyim untuk mencari referensi, karena KH A. Wahid Hasyim menguasai bahasa Arab, Belanda dan Inggris sebagai kunci utama dalam penguasaan buku-buku ilmiah saat itu.

Semenjak tahun 1939 KH. A Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Ketua MIAI (Majelis Islam A�la Indonesia), sebuah badan federasi NU, Muhammadiyah,PSII, PII, Al-Irsyad, Persis. Sehubungan dengan jabatannya di MIAI, KH A.Wahid Hasyim juga kemudian duduk pula dalam kepemimpinan Presidium Korindo (Kongres rakyat Indonesia), sebuah proyek perjuangan bersama GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia).

Para anggota MIAI adalah tokoh-tokoh top Indonesia seperti Abikusno Cokrosuyoso, Dr.Sukiman, Wondoamiseno, KH Mas Mansur, KH Abdul Kahar Muzakkir, Umar Habaisy, Muhammad Natsir, dan lain-lain.

Kedudukan Ketua MIAI ini dengan sendirinya menempatkan KH A.Wahid Hasyim sebagai pejuang politik menghadapi penjajahan.

Akan tetapi tatkala zaman pendudukan Jepang, kelompok MIAI bubar. Kemudian atas prakarsa KH A. Wahid Hasyim MIAI menjelma menjadi �Majelis Syuro Muslimin Indonesia� (Masyumi). Melalui Masyumi ini, terbentukalah badan Pusat latihan Hizbullah di Cibarusa, dekat Cibinong Bogor, Sekolah Tinggi Islam di Jakarta dan penerbitan Majalah �Suara Muslimin� yang mula-mula dipimpin oleh KH Saifuddin Zuhri dan kemudian beralih ke tangan Harsono Cokroaminoto.    

Selama zaman kependudukan Jepang KH A. Wahid Hasyim merupakan tokoh sentraldi kalangan Umat Islam. KH A. Wahid Hasyim juga menjabat sebagai anggota Chuuo Sangi In yakni semacam DPR ala Jepang. Dengan jabatan tersebut KH A. Wahid Hasyim dapat menyakinkan tentara Jepang untuk mendirikan sebuah badan yang menghimpun kalangan ulama. Maka terbentuklah Badan yang bernama Shumubu, yaitu Badan Urusan Agama Islam yang susunannya terdir idari: KH. Hasyim Asy�ari selaku Ketua, KH. Abdul Kahar Muzakir selaku Wakil Ketua dan KH A. Wahid Hasyim selaku Wakil Ketua.

Oleh karena KH HasyimAsy�ari tidak dapat aktif karena memangku Pesantren Tebuireng, maka jabatan ketua sehari-hari dipegang oleh KH A. Wahid Hasyim. Badan inilah yang menjelma menjadi Departemen Agama (setelah proklamasi 17 Agustus 1945)Taktik politik yang dijalani KH A Wahid Hasyim di zaman Jepang ialah, mengambil unsur kekuasaan Jepang yang Positif bagi perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. �Kerja sama� dengan Jepang (pada tingkatan pertama) dipandang perlu sebab bangsa Indonesia yang tidak mempunyai kekuatan politik (kekuasaan ) di zaman Belanda tidak akan sanggup menghadapi kekuatan Militer Jepang yang tengah berada di puncak kemenangan. Kezaliman-kezaliman pemerintahan Jepang kepada bangsa Indonesia, oleh KH A. Wahid Hasyim,dijadikan pupuk keyakinan bagi rakyat, bahwa sesuai dengan Al-Qur�an segalayang batil pasti akan sirna, kezaliman tak pernah mengalami kemenangan yang panjang.

Masa perang kemerdekaan antara tahun 1945-1950 menyebabkan KH A. Wahid Hasyim menyibukakan diri dalam gejolak revolusi. Meskipun sebagian besar waktunya dicurahkan kepada soal politik dan pertahanan, seperti dua kali menghadapi agresi Belanda atas Republik Indonesia dan kemelut politik yang penuh pertentangan di masyarakat, namun KH A.Wahid Hasyim tetap menjalin hubungan erat dengan para ulama dan dunia pesantren.

Wafat dalam usia belum 40 tahun menyebabkan dunia Ulama dan Pesantren menjerit dan meratap. Kaum politik dan masyarakat baik tua maupun muda merasa kehilangan yang besar. Yang patah akan tumbuh akan tetapi bukan lagi A. Wahid Hasyim. Abdul

Wahid hasyim hanya ada satu dalam sejarah ummat manuasia. Namun sekalipun sudah wafat, namanya harum tidak pernah akan mati.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India