Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Mei 2022

RUMAH UNTUK KORBAN

RUMAH UNTUK KORBAN
(Menjawab Kontras dan Haris Azhar terkait pemberian rumah untuk keluarga korban Trisakti).

Oleh : Adian Napitupulu

Tulisan ini tidak untuk membela Erick Thohir, Agus Gumiwang atau Airlangga tetapi meluruskan cerita, setidaknya sebagai salah satu pengusul maka saya perlu menyampaikan nya secara kronologis agar tidak muncul dugaan dan spekulasi sebagaimana pernyataan Kontras, Rivanlee, yang mengatakan bahwa pemberian rumah dan bantuan modal untuk keluarga korban Trisakti menjadi jualan politik, atau pernyataan Haris Azhar yang menyebut hal itu sebagai Sparing Action menuju 2024. sebagaimana di beritakan di banyak media.

Awal cerita bermula dari tahun 2018 saat pembicaraan dengan Presiden di hotel Salak, kota Bogor 4 tahun lalu. Saya mengulang kembali pembicaraan Presiden Jokowi dengan beberapa aktivis 98 terkait Rumah untuk keluarga mahasiswa korban Trisakti. Presiden setuju lalu meminta saya  mengkoordinasikan hal itu dengan Mensesneg.

Hari berganti minggu berganti bulan namun tidak ada kabar apapun dari Mensesneg. Disisi lain  Pandemi Covid 19 yang berlangsung lebih dua tahun membuat komunikasi terhambat, prioritas bergeser dan banyak hal lain yang semula di rencanakan tidak sesuai dengan jadwal yang di targetkan, termasuk rumah itu.

Akhir 2021, dalam satu kesempatan makan siang di ruang makan Komisi VII saya ngobrol ringan dengan Maman Abdurachman (Waket Kom VII). Dalam obrolan ringan itu kembali terlontar wacana rumah untuk keluarga Korban Trisakti. Mungkin karena Maman juga terlibat aksi aksi saat itu dan ia juga alumni Trisakti maka Maman merespon dengan antusias. Singkat cerita Maman akan berusaha meyakinkan Menteri Perindustrian siapa tahu mau ikut berapartisipasi.

12 Januari 2022, Daniel Wewengkang, staff khusus Erick Thohir bertemu saya di Desa Wisata Lebak Wangi Parung. Kita ngobrol ngidul dari soal pohon, danau, ikan termasuk juga ngobrol tentang rumah untuk keluarga korban Trisakti. Saya katakan ke Daniel "Kalo bisa lo obrolin deh sama Erick, dia mau kontribusi berapa, syukur syukur bantu rumahnya" Daniel tidak menjanjikan apa apa selain akan membicarakannya ke Erick Thohir.

18 Januari 2022, saya dan Maman bertemu Hendro, Iwan dan Mustar di hotel Mulia untuk mematangkan rencana tersebut termasuk kemungkinan dari Erick Tohir atau Agus Gumiwang. Hendro dan Iwan sangat bersemangat dan akan membicarakan kembali hal tersebut pada keluarga korban. Setidaknya walau sudah berlalu 4 tahun tapi janji rumah itu harus di perjuangkan. Bukankah gagal lebih baik dari tidak mencoba sama sekali.

6 Maret 2022 Daniel Wewengkang menghubungi saya dan menyampaikan kemungkinan Erick Thohir berpartisipasi. 

9 Maret 2022, saya bertemu Usman Hamid di salah satu Cafe di kota Bogor. Dalam pertemuan itu Usman berharap ada pengusutan tuntas terhadap kasus penembakan Mahasiswa Trisakti tapi saya jelaskan pada Usman Hamid bahwa rumah ini lebih pada persoalan kemanusiaan dan upaya menepati janji pada keluarga korban khusus nya para orang tua korban yang semakin uzur walaupun tentunya pemberian rumah ini bukanlah upaya untuk meniadakan pengusutan.

14 Maret 2022 Hendro, Iwan dan perwakilan 4 keluarga korban, beberapa alumni Trisakti bertemu dengan saya dan Daniel Wewengkang di Desa Wisata Lebak Wangi untuk membicarakan rumah tersebut. Dari pembicaraan itu di dapat informasi bahwa Erick bersedia menyiapkan 4 rumah.

Sekitar tanggal 20 Maret di mulailah pencarian rumah untuk keluarga korban. Kementrian BUMN menunjuk BTN melalui Dirut dan Wadirut nya untuk memberi alternatif perumahan di Jabodetabek. Berikutnya keluarga korban di dampingi Mustar, Hendro dan Iwan mensurvey lokasi. Setelah membandingkan, keluarga Korban memutuskan di Cibubur 3 unit  dan 1 unit di Tangerang dengan nilai tiap rumah berkisar Rp 1 Milyar hingga Rp 1,2 Milyar atau total sekitar Rp 4 milyar hingga Rp 4,5 Milyar.

19 April 2022 saya dan Maman Abdurachman bertemu dengan Agus Gumiwang. Dalam kesempatan itu saya sampaikan bahwa Erick Thohir sudah menyiapkan 4 rumah. Agus Gumiwang lalu menyatakan bahwa karena rumah sudah ada maka lebih baik ia membantu modal usaha untuk keluarga korban masing masing Rp 750 juta atau total Rp 3 Milyar.

Seluruh perjalanan pencarian rumah dan permodalan usaha dibicarakan secara terbuka dengan keluarga korban dan beberapa alumni Trisakti termasuk perwakilan rektorat Trisakti saat berbuka puasa bersama di Restoran Pulau dua tanggal 22 April 2022.

Tanggal 23 April 2022 pihak BTN dan keluarga Korban tandatangani serah terima surat rumah. Tanggal 25 April 2022 saat acara buka puasa, secara simbolis Erick Thohir serahkan kunci rumah pada keluarga korban yang di hadiri juga perwakilan dari alumni, Rektorat dan Yayasan Trisakti. Tanggal 26 April di Universitas Trisakti bantuan permodalan usaha di berikan oleh Airlangga Hartarto di dampingi Agus Gumiwang seusai acara kuliah umum Airlangga di universitas Trisakti.

Dari proses yang saya ikuti hari demi hari tidak ada satupun pembicaraan apalagi komitmen terkait politik khususnya terkait 2024 apakah itu ajakan memilih atau tidak memilih seseorang. Kalau dilihat dari angka nya dan kepentingan politik maka Erick Thohir  dan Agus Gumiwang tentu bodoh jika memberikan 4 rumah senilai Rp 4 Milyar atau Modal usaha senilai Rp 3 Milyar hanya kepada 4 keluarga. Kalau ada kepentingan politik sekedar mendongkrak popularitas maka bukankah akan lebih Efektif jika uang itu dibuat 150.000 hingga 200.000 kaos untuk dibagikan ke 150.000 hingga 200.000 orang atau mencetak 300.000 hingga 400.000 kalender yang bisa di pasang di 300.000 hingga 400.000 rumah, bukan hanya 4 rumah

Perlu di catat dan di garis bawahi bahwa Rumah tersebut tidak diberikan tiba tiba tapi di perjuangkan bersama kawan kawan korban sesama aktivis 98 sejak 4 tahun yang lalu.  Dengan demikian, jika kontras dan Haris Azhar menganggap hal tersebut adalah kesalahan maka timpakanlah kesalahan tersebut 100% pada saya, bukan Erick atau Agus Gumiwang atau Airlangga. Jika itu salah maka yang salah adalah komitmen saya dan kawan kawan untuk menepati janji, rasa peduli serta keberpihakan pada korban, tidak ada motif lain, tidak ada tujuan lain.

Saya berharap agar Kontras maupun Haris Azhar tidak hanya mengkritik tapi jika bisa tolong ajarkan saya agar ketika terjadi hal serupa, saya tahu memilih waktu kapan bantuan bisa di berikan. Apakah awal periode pemerintahan? Atau seperti saat ini di Pertengahan periode atau nanti di akhir periode pemerintahan. Karena menurut saya, kapanpun waktu pemberiannya tapi jika dipandang dari kaca mata konspiratif dan tendensius bukankah tetap saja selalu bisa dianggap ada kepentingan politik di balik itu?


Jakarta 17 Mei 2022

Hormat Saya


Adian Napitupulu
Anggota DPR RI 
Fraksi PDI Perjuangan -
Sekjen PENA 98

Pemilu dan Serigala: Sebuah Kaleidoskop


Pemilu dan Serigala: Sebuah Kaleidoskop

Oleh: Andre Vincent Wenas

Kita sudah “berpengalaman” dengan 12 kali pemilu selama kurun waktu 64 tahun (1955 – 2019). Cukupkah itu untuk “mendewasakan” kita sebagai “insan politik”? 

Akankah di pemilu 2024 nanti kita akan “cukup matang” dalam menentukan pilihan? Yaitu untuk memilih Capres-Cawapres, Caleg (DPR-RI, DPD-RI, DPRD Prov., DPRD Kab/Kota), dan Kepala Daerah plus wakilnya di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Memilih secara “dewasa” dan “matang” dengan mudah kita artikan sebagai memilih secara rasional. Dengan melepas anasir-anasir fanatisme, primordialisme, maupun isme-isme lain yang berpotensi menyempitkan pandangan obyektif kita.

Sedangkan arti “insan politik” dimaknai seperti yang dimaksud oleh Aristoteles, bahwa manusia itu sejatinya adalah “zoon politicon” (makhluk sosial). Zoon (makhluk, atau “hewan”) yang “politicon” (bermasyarakat). Kodrat hidupnya bersosialisasi, berinteraksi satu sama lain.

Catatannya, walau Adam Smith mengatakan Homo Homini Socius, manusia adalah sahabat bagi sesamanya, namun ia juga memandang manusia itu sebagai Homo Economicus. Makhluk ekonomi, lantaran  kecenderungannya yang tak pernah puas. Maka ia selalu berupaya memenuhi kebutuhan (serta keinginannya). Akibatnya, secara natural, dalam segala upaya serta interaksi sosial itu terjadilah: kompetisi! 

Sedangkan Thomas Hobbes “terang-terangan” memandang bahwa manusia itu kecenderungannya adalah jadi serigala (musuh) bagi manusia lainnya (Homo Homini Lupus). Jadi bagaimana ini?

Konsekuensinya, demi menjamin “rasa aman” dalam kehidupan bersama, di dalam suatu tatanan sosial mesti ada aturan (norma) yang disepakati. Semacam “kontrak sosial” yang mengikat kita untuk menjamin kehidupan sosial yang harmonis (taat hukum). 

Memang ada semacam paradoks, dimana segala aturan hukum (norma) itu jadi “mengikat” kita, namun justru dalam ikatan hukum itulah kita serentak “dibebaskan” dari bahaya saling memangsa laksana serigala tadi. Manusia jadi “bebas” berinteraksi dengan aman, lantaran “terikat” oleh norma (aturan). Paradoksal.

Kembali ke kaleidoskop pemilu. Pengalaman pemilu 12 kali itu terjadi pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019. Masa 1945 sampai 1954 tak ada pemilu. Dan masa 1956 sampai 1970 juga tak ada pemilu untuk presiden dan wakil presiden. Sedangkan masa pemilu 1970 sampai 1997 adalah pemilu orde baru (orba), dimana kita semua bisa tahu pemenang pemilu bahkan sebelum pemilu itu diselenggarakan! Sejarah yang aneh tapi nyata. 

Tahun 1998 adalah tahun reformasi, rejim korup Soeharto jatuh, digantikan oleh B.J. Habibie (21 Mei 1998) yang kemudian menyelenggarakan pemilu pertama pasca Orba pada 7 Juni 1999. Ada 48 parpol peserta pemilu. 

Saat itu PDIP memperoleh suara terbanyak, namun terjadi sengkarut politik di tingkat elit, dan MPR masih berkuasa untuk memilih presiden. Pada 20 Oktober 1999 dilantiklah Gus Dur (representasi PKB) sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri (representasi PDIP) sebagai wapresnya. 

Lima besar kursi DPR hasil pemilu 1999 adalah: PDIP (153 kursi), Golkar (120), PPP (58), PKB (51), dan PAN (34). Ketua MPR-nya Amien Rais (PAN) dan Ketua DPR-nya Akbar Tanjung (Golkar). Tabiat serigala sangat tercermin dalam konstelasi sengkarut elit politik saat itu.

Notasi, di masa kepresidean Gus Dur terjadi 2 kali amandemen UUD 1945. Amandemen pertama dalam SU-MPR Oktober 1999, fokusnya membatasi kekuasaan serta masa jabatan presiden. Amandemen kedua dalam SU-MPR Agustus 2000, terkait wewenang serta posisi pemerintah daerah, peran dan fungsi DPR, serta penambahan mengenai hak asasi manusia. 

Namun sengkarut politik elit pasca-orba dan pasca-reformasi itu terus berlanjut. Dikiranya Gus Dur bisa diatur-atur oleh sementara oligarki, ternyata perkiraannya salah total. Maka diinisiasi upaya “menjerat Gus Dur” lewat apa yang dikenal sebagai “operasi semut merah”. Singkat cerita, Gus Dur “dimakzulkan” lewat konspirasi-jahat (operasi semut merah itu) yang diskenariokan seolah-olah konstitusional. Sampai akhirnya pada 23 Juli 2021 kepemimpinan nasional beralih ke Megawati Soekarnoputri. 

Di masa Megawati ini juga dilakukan dua kali amandemen UUD 1945. Dalam SU-MPR November 2001 dilakukan amandemen ketiga mengenai Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Pemakzulan, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman. Lalu dalam SU-MPR Agustus 2002 amandemen keempat yang meliputi perubahan dalam bidang pendidikan, perekonomian, aturan peralihan dan tambahan. 

Pemilu 2004 : Di area legislatif (pileg) diselenggarakan tanggal 5 April, diikuti 24 parpol, hasil saringan dari 150 parpol yang mendaftar di KPU. Hasilnya 16 parpol masuk parlemen: Golkar (127 kursi), PDIP (109), PKB (52), PPP (58), Demokrat (56), PAN (53), PKS (45), PBR (14), PDS (13), PBB (11), PPDK (4), Pelopor (3), PKPB (2), PKPI (1), PNIM (1) dan PPDI (1). Total kursi DPR-RI dalam Pileg 2004: 550 kursi.

Hasil pileg 5 April 2004 ini menentukan parpol mana yang dapat menyalonkan kandidatnya untuk pilpres 2004 pada tanggal 5 Juli. Hanya partai yang memperoleh 5% popular vote atau 3% kursi di DPR yang dapat menyalonkan kandidatnya. Kalau tidak ya mesti berkoalisi.

Pada Pemilu 2004 ini pertama kali pilpres secara langsung. Diikuti 6 paslon: 1) Gus Dur – Marwah Daud Ibrahim (dicalonkan oleh PKB), 2) Amien Rais – Siswono Yudo Husodo (PAN, PKS, PBR, PNBK, PNIM, PPDI, Sarikat, Buruh), 3) Hamzah Haz – Agum Gumelar (PPP), 4) Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi (PDIP, PDS), 5) SBY – JK (Demokrat, PBB, dan PKPI), dan 6) Wiranto – Salahuddin Wahid (Golkar, PDK, Patriot, PPNU). Dalam 2 putaran pasangan SBY – JK menang (60,62%) mengalahkan Megawati – Hasyim Muzadi. Pelantikannya pada 20 Oktober 2004. 

Pemilu 2009 : Pileg diselenggarakan 9 April 2009, diikuti 38 parpol. Hasilnya 9 parpol masuk parlemen (DPR-RI): Demokrat (148 kursi), Golkar (106), PDIP (94), PKS (57), PAN (46), PPP (38), PKB (28), Gerindra (26) dan Hanura (17). Total kursi: 560.

Di area eksekutif, pilpres 2009 diikuti 3 paslon: 1) Megawati – Prabowo (dapat 26,79% suara), 2) SBY – Boediono (60,80%), 3) JK – Wiranto (12,41%). Satu putaran, dan untuk kedua kalinya SBY dilantik pada 20 Oktober 2009. Ini era kejayaan Partai Demokrat, di DPR-RI dengan 148 kursi dan SBY menang ‘land-slide’. 

Pemilu 2014 : Di area legislatif (DPR-RI) diikuti 12 parpol, dan hasilnya 10 parpol masuk parlemen: PDIP (109 kursi), Golkar (91), Gerindra (73), Demokrat (61), PAN (49), PKB (47), PKS (40), Nasdem (35), PPP (39) dan Hanura (16). Pileg ini diselenggaran 9 April 2014. Total kursi: 560. 

Di area eksekutif, Pilpres 2014 tanggal 9 Juli, ada 2 paslon: Nomor urut 01 Prabowo Subianto – Hatta Rajasa (diusung oleh: Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PPP, PBB. Didukung: Demokrat). Sedangkan Nomor urut 02 Jokowi – JK (diusung oleh: PDIP, PKB, Nasdem, Hanura. Didukung: PKPI). Kampanye “Salam 2 Jari” membawa kemenangan Jokowi dengan 53,15% suara. 

Pemilu 2019 : Di ranah Pileg (DPR-RI) pada 17 April 2019. Diikuti 16 parpol dengan hasil 9 parpol masuk parlemen: PDIP (128 kursi, atau 22,26%), Golkar (85 atau 14,78%), Gerindra (78, atau 13,57%), Nasdem (59 atau 10,26), PKB (58 atau 10,09%), Demokrat (54 atau 9,39%), PKS (50 atau 8,7%), PAN (44 atau 7,65%) dan PPP (19 atau 3,3%). Total kursi DPR-RI dalam Pileg 2019 adalah 575 kursi.

Di ranah eksekutif, Pilpres 2019 ada 2 paslon: Nomor urut 01 Jokowi – Maruf Amin (Diusung oleh: PDIP, Golkar, PKB, Nasdem, PPP, Hanura. Didukung oleh: PKPI, Perindo, PSI, PBB). Nomor urut 02 Prabowo – Sandi (Diusung: Gerindra, Demokrat, PAN, PKS. Didukung: Berkarya, Garuda). Kubu Indonesia-Maju berhasil memenangkan Jokowi untuk periode kedua dengan 55,5% suara. 

Di Pilpres dan Pileg 2019 ini pun masih sengit dengan bau busuk politik uang. Mulai dari isu “Jenderal Kardus” di Pilpres lantaran diisukan ada yang mengirim berkardus-kardus duit untuk beli posisi cawapres, sampai serangan fajar di hari pencoblosan. Isu agama pun belum pupus untuk digorang-goreng serta jadi bumbu penyedap makanan basi. 

Pemilu 2024 : Pilpres dan Pileg (DPR-RI, DPD-RI, DPRD Prov dan Kabupaten/Kota) sudah diagendakan KPU tanggal 14 Februari. Lalu Pilkada Serentak bulan November. Pendaftaran parpol peserta pemilu jadwalnya tanggal 1 – 7 Agustus 2022.

Peserta Pileg 2024 nanti tentunya adalah 9 parpol yang sedang duduk DPR-RI saat ini plus beberapa parpol lain yang sedang mengikuti proses verifikasi faktual. Kabarnya ada 75 parpol yang terdaftar di Kemenkumham. Namun walau terdaftar, selain yang sedang duduk di perlemen, haruslah mengikuti proses verifikasi faktual (sesuai UU Pemilu), yang syaratnya antara lain: 

Parpol berstatus badan hukum, kepengurusan di seluruh provinsi, kepengurusan di 75% kabupaten/kota. Kepengurusan di 50% kecamatan. Minimal 30% keterwakilan perempuan. Anggota minimal 1.000 orang punya KTA. Kantor tetap di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Nama parpol, lambang, dan nomor rekening dana kampanye Pemilu. 

Pemilu 2024 juga merupakan arena uji kematangan berpolitik bangsa Indonesia. Untuk menjawab apakah kita semua adalah “zoon-politicon” (insan-politik) atau makhluk sosial yang sudah matang (dewasa) dalam partisipasi politik. Taat aturan, setia pada norma yang adil.

Lewat pengalaman 12 kali pemilu, apakah kita sudah mampu untuk memilih secara rasional dan patuh pada aturan hukum. Tidak lagi berdasar fanatisme buta dan primodialisme sempit. Tidak main terabas dan curang. Akhirnya, apakah kita masih bisa dipermainkan para politisi serigala (berbulu domba) itu?  Yang memancing di air keruh dengan umpan amplop?

“A man has free choice to the extent that he is rational.” – Thomas Aquinas

Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=402320528571935&id=100063819726104 

Giliran Sandiaga Uno Bela Somad, Cari Simpati ?

 Giliran Sandiaga Uno Bela Somad, Cari Simpati ?

Papa Dimas . May 19, 2022

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menanggapi informasi, terkait diusirnya Ustadz Abdul Somad yang akan berlibur oleh pihak Singapura.

Ia pun bersama tim berupaya untuk mencari tahu penyebabnya, yakni dengan menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Singapura.

"Begitu saya mendapatkan berita ini, saya langsung mengumpulkan beberapa informasi serta mendapatkan kronologi dan saya konfirmasi ke pihak KBRI di Singapura. Pihak KBRI kini melakukan pengecekan dan dari laporan Pak Dubes ada beberapa informasi yang sedang didapatkan oleh Imigrasi Singapura", ujar Sandiaga Uno dikutip dari laman okezone.com.

Lebih lanjut, Sandiaga meminta agar tidak berprasangka terlebih dahulu dan memastikan informasi yang benar secara menyeluruh.

Ini disebabkan, Ustadz Abdul Somad merupakan ulama yang sangat dihormati, serta turut menjadi penggerak ekonomi kreatif yang juga kerap membantu mempromosikan destinasi wisata berbasis wisata religi.

"UAS ini kan ulama yang juga menjadi penggerak ekonomi kreatif, dan ikut membantu kami mempromosikan beberapa destinasi wisata berbasis wisata religi. Beliaulah ulama yang kami muliakan juga dan kami sangat hormati. Oleh karena itu, mari untuk tidak berprasangka dulu, kita dapatkan informasi secara menyeluruh,” katanya.

"Saya baru saja kembali dari sana dan jumlah wisatawan Singapura sekarang menduduki nomor dua tertinggi di Indonesia, dan dengan pembukaan Batam-Bintan ini. Harapannya kita juga akan meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara itu, melalui Singapura," tambah Sandi.

Nggak usah lebay Maszeh, Abdul Somad cuma warga negara biasa yang ingin liburan ke Singapura. Apalagi kabarnya dia mau merayakan ulang tahunnya yang ke 45 di sana. Sebab berdasarkan informasi rekan-rekan penulis di seword.com, hasil penelusuran dari laman Wikipedia, Abdul Somad lahir pada tanggal 18 Mei 1977.

Ia ke Singapura nggak mewakili siapapun. Bukan sebagai pejabat negara, memenuhi undangan berdakwah, bukan delegasi golongan mana pun, apalagi sebagai representasi umat islam di Indonesia. Jadi biasa aja lah. Apalagi sampai menyebut bahwa Abdul Somad adalah ulama yang dihormati segala. Masih banyak ulama bener dan dihormati di negeri ini, yang nggak masuk daftar blacklist negara lain.

Kita semua sudah tahu apa alasan imigrasi Singapura menolak Abdul Somad dengan alasan Not to Land Notice. Karena banyak dakwahnya yang mendukung bom bunuh diri, serta menghina penganut agama lain, yang berpotensi memicu perpecahan dan konflik horizontal.

Lagipula dengan alasan itu, nggak cuma Abdul Somad yang ditolak masuk Singapura, bahkan ada seorang pendeta yang dikenal Radikal dan sering menghina penganut agama Islam juga ditolak masuk ke Singapura pada 2018 lalu.

Bahkan ribuan warga negara indonesia lainnya juga banyak yang ditolak masuk ke Singapura maupun negara lain dengan berbagai macam alasan. Bisa jadi negara kita juga melakukan hal yang sama, menolak ribuan WNA yang akan masuk ke negara kita karena alasan tertentu.

Hal ini wajar dan menjadi hak tuan rumah untuk menentukan tamu mana, siapa saja yang boleh masuk atau tidak ke wilayah tuan rumah. Jadi nggak perlu dibesar-besarkan, apalagi sampai meminta klarifikasi dari Singapura.

Gitu lho Maszeh.

Atau Sandiaga Uno sengaja mencari simpati pada pemuja dan pendukung Abdul Somad, supaya terlihat bahwa dia pro terhadap ulama tampan itu. Tujuannya ya cuma satu. Untuk meraup suara dan dukungan dari kelompok mereka. Kita semua juga tahu kalau Sandiaga Uno ngebet banget nyapres, meskipun sampai detik ini belum ada satupun partai ataupun koalisi partai yang mau mengusungnya.

Apalagi kita semua juga tahu kalau Sandiaga Uno memiliki kecenderungan menggandeng kelompok mereka yang memiliki ideologi pro khilafah. Bahkan di banyak acara Kementerian Pariwisata, ia bekerjasama dengan para seleb hijrah macam Arie Untung, Teuku Wisnu dan teman-teman sejenisnya.

Jadi sudah jelas ya maksud dan tujuan Sandiaga Uno membela Abdul Somad. Kita nggak bodoh kok untuk menebak kemana arahnya, apa maksudnya, apa tujuannya. Cuma pendukung dan pemuja Abdul Somad aja yang bego mau dibodohi, seolah-olah para politisi membela junjungannya. Padahal mereka cuma memanfaatkan momen ini sebagai ajang mendulang dukungan dan suara dari mereka yang jumlahnya nggak seberapa itu.

Setuju?

Begitulah kura kura.

https://travel.okezone.com/read/2022/05/18/406/2595801/uas-dideportasi-saat-liburan-ke-singapura-sandiaga-uno-turun-tangan-sampai-bilang-begini

Melobi, Kegiatan "Klandestin" yang Lazim dalam Sistem Sosial-Politik Apapun!

Melobi, Kegiatan "Klandestin" yang Lazim dalam 
Sistem Sosial-Politik Apapun! 

Oleh: Andre Vincent Wenas
Tak perlu baperan dalam diskusi soal lobi kelompok tertentu. Baik itu lobi politik maupun lobi bisnis, sampai ke lobi soal kegiatan sosial, keagamaan, karitatif dan filantropis. 

Biasa-biasa saja kok, kelompok lobi itu ada dimana-mana. Tak perlu dipungkiri, dan tak perlu hipokrit. Apakah itu Kelompok Lobi Kristen, Kelompok Lobi Islam, atau agama lainnya. Termasuk Kelompok Lobi Sawit/Minyak Goreng, Baja, Batubara, lobi Daging Sapi sampai ke lobi Daging Hangat. Itu fakta sosialnya, juga fakta politik praktisnya (dari power-play, maupun yang pakai fulus atau fustun). 

Baru-baru ini kita mengangkat soal isu kelompok lobi Kristen di Singapura terkait kasus deportasi UAS. Lalu sementara pihak – mungkin ada yang emosi, entah kenapa – atau ada juga yang memang tidak paham (atau naif) soal lobi-melobi ini, protes keras yang sayangnya tidak dibarengi argumentasi. Cuma ngeyel begitu saja. Meskipun pemrotes itu mengaku diri sebagai “intelektual”. Sayang sekali memang.

Lobi dan kegiatan melobi, apa itu?

Per definisi, lobbying adalah “Any attempt by individuals or private interest groups to influence the decisions of government; in its original meaning it referred to efforts to influence the votes of legislators, generally in the lobby outside the legislative chamber. Lobbying in some form is inevitable in any political system.” 

Jadi menarik lantaran dikatakan bahwa kegiatan melobi itu tidak dapat dihindari dalam sistem politik apa pun! Tentu saja, apa serta bagaimana detil kegiatan serta topik pembicaraan dalam lobi itu kerap tidak jadi konsumsi publik. Semacam kegiatan "klandestin", sebut saja begitu. Hanya hasil akhirnya yang bisa diketahui publik. Dan itu lazim terjadi di mana pun, tidak aneh.

Dalam sistem manajemen Jepang dikenal istilah “nemawashi”, suatu  proses informal (tidak resmi) untuk meletakkan dasar bagi rencana perubahan atau suatu usulan proyek. Caranya dengan pendekatan (bicara) kepada pihak-pihak yang relevan, demi meraih dukungan atau minta umpan balik. Hal ini dianggap sebagai elemen penting dalam setiap perubahan besar, sebelum langkah formal apa pun diambil.

Kegiatan melobi ini sangat lentur (flexible) dan cair. Sehingga dikatakan, “Lobbyists are commonly held in a negative light because they are seemingly able to circumvent the democratic process.” Ya, pelobi ini bisa memintas proses demokrasi. 

Walau pun begitu, de-facto: “Lobbying in some form is inevitable in any political system.” Melobi tidak dapat dihindari terjadi dalam sistem politik apa pun. Lobi ternyata suatu keniscayaan dalam kehidupan sosial-politik-ekonomi.

Kelompok penekan (pressure group) ada di dalam setiap sistem. Dan semua kelompok penekan itu pasti melakukan kegiatan lobi, sesuai cara atau gayanya masing-masing. 

Tatkala Almarhum Tengku Zulkarnaen “diusir” dari Bandara Sam Ratulangie oleh kelompok penekan adat, sulitlah untuk dicerna bila dikatakan tidak ada kelompok lobi tertentu di belakang aksi tersebut. 

Saat kasus 2 pendeta Amerika ditolak masuk ke Singapura dengan alasan yang mirip dengan alasan penolakan UAS, hanya ini dari versi radikalisme Kristen, diyakini juga ada Kelompok Lobi tertentu yang “menjaga” agar otoritas Singapura tetap tegas pada aturan, serta bertindak adil.

Sewaktu proses pengadilan Ahok berjalan, siapa bilang tak ada lobi kelompok penekan di belakang layar? Bahkan sejak sebelumnya, lobi-lobi politik pastilah terus bekelindan merangkai berbagai kepentingan kelompok yang merasa “terganggu” dengan kebijakan Ahok sebagai gubernur. 

Lobi kelompok (sindikat/mafia) Sawit yang berujung penangkapan Dirjen Daglu berikut 3 wayang korporasi, sampai yang terakhir dicokoknya staf ahli Kemenko Perekonomian, Lin Che Wei oleh Kejaksaan Agung. Apakah di peristiwa itu tak ada lobi-lobi politik? Misalnya lobi untuk mengamankan para “master-mind” (biang-kerok) lainnya agar tak tersentuh hukum. Lin Che Wei dikabarkan tidak lagi jadi anggota Tim Asistensi Kemenko Perekonomian sejak Maret 2022. Padahal kasus cpo/migor ini terjadi sejak akhir tahun lalu (2021).

Kelompok Lobi itu faktanya ada karena memang diperlukan, untuk memuluskan lahirnya suatu kebijakan. Termasuk juga untuk menjaga agar suatu regulasi/legislasi yang telah disepakati bisa berjalan pada relnya. Jadi juga berfungsi semacam anjing-penjaga (watch-dog) yang mengawal isi rumah dari mereka yang mau coba-coba menyelewengkan kesepakatan. 

Kelompok Lobi ini juga jadi semacam interface (penghubung) antara otoritas dengan kekuatan lain di jalanan. Kalau coba macam-macam, tahu sendiri akibatnya. Bisa-bisa gerakan parlemen jalanan pun direkayasa untuk diadakan. Bukankah ada mahasewa yang tarif rental-nya bisa dinegosiasikan sesuai skala demo-nya? 

Karena Kelompok Lobi ini memang ada dan terjadi di depan mata kita, lalu kenapa malu dan merasa tabu untuk membicarakannya dalam suatu wacana terbuka? Sampai ada yang bilang takut dipakai jadi alat untuk adu-domba segala! Lalu apakah kita semua ini dikiranya domba bodoh yang bisa diadu-adu? Atau, apakah justru lantaran dirinya sendiri yang takut idola (berhala)-nya roboh? Atau khawatir ‘fantasi-kebenarannya’ malah terbongkar? 

Memang, ‘confront the brutal facts’ itu adalah untuk mereka yang berani serta cerdas. Hanya bagi intelektual sejati, sokratian yang siap mereguk dari piala walau risikonya maksimum. Only for the brave, bukan untuk mereka yang pura-pura mengaku dengan embel-embel intelektual. 

“Amicus Plato, Sed Magis Amica Veritas!” Khusus dalam hal ini tak ada lobi-lobi. Maaf.  

20/05/2022
Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=405478471589474&id=100063819726104 

Selasa, 18 Januari 2022

Masalah kita banyak.

 Masalah kita banyak.

Kemarin saya undang teman makan siang. Mereka semua pejabat. Setelah bicara bisnis untuk mencerahkan mereka tentang VISI logistik dalam pembangunan nasional. Saya ngobrol santai. 

“ Keliatannya oposisi pakai strategi baru menyerang. Memframing rezim ini korup. Mereka sengaja kirim sinyal itu kepada rakyat lewat laporan ke KPK. Ahok , Eric, dan Anak jokowi dilaporin. Soal benar atau engga. Engga penting. Yang penting viral. Entar kalau dikasuskan karena pasal fitnah atau mencemarkan nama baik, ya Framing berikutnya masuk.  Pemerintah anti demokrasi. Ini akan mengegelinding terus. Kalau anti demokrasi, ya otomatis juga anti HAM“ Kata teman.

“ Keliatanya, islam fundamental engga laki seksi untuk anti pemerintah. Mereka gunakan issue korupsi“ Kata teman satunya lagi.

“ Padahal faktanya, oang orangnya sama saja. Itu itu aja yang bikin ribut, .” Kata mereka tertawa.

“ Singkatnya,  taktik mereka hancurkan  image personal  orang yang dianggap potensi sebagai capres 2024. Lucunya dari capres mereka sendiri engga di-laporkan. Tetapi Anies selalu di-framing orang yang dizolimin dan di bully. Prabowo orang yang bersih dan sukses sebagai menteri. Sandi juga dibilang orang hebat.” Katanya.

“ Sebenarnya mereka kesel aja karena permintaan perubahan aturan Presiden Threshold ditolak. Mereka anggap kita tidak peduli akan nasip bangsa yang membutuhkan kader terbaik sebagai pemimpin bangsa. Padahal yang menentukan baik atau tidak ya rakyat. Dan rakyat itu diwakili oleh partai. Lah kalau partai baru berdiri atau suara dibawah satu digit merasa punya calon presiden hebat. Ya lucu aja. “Kata mereka.

“ Masalah kita” Kata saya ikut nimbrung” Itukan karena anda anda semua di elit menciptakan cluster komunikasi politik. Padahal dalam UUD kita yang sistem presidentil, tidak ada istilah oposisi. Dalam konteks Pancasila, kita semua bersaudara dalam sekat perbedaan agama, idiologi dan etnis. Ya seharusnya duduk bersama menyelesaikan bangsa ini dan tak perlu sampai muncul ke permukaan. Yang membuat rakyat terpolarisasi.” Lanjut saya. Mereka tersenyum.

" Masalah bangsa kita banyak sekali. PR Jokowi itu banyak sekali. Negeri ini by design tidak dibangun dengan dasar riset. Nah Pak JOkowi udah tunjuk IBu Mega melaksanakan Visi riset dan inovasi untuk rakyat.  Ayo focus kesana. Ingat loh kita sangat ketinggalan dalam hal riset. Sampai sekarang kita belum mandiri dalam industri downstream SDA. Itu kan konyol. Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka. Akibatnya value added SDA kita negara lain nikmati. Dan kita masih terus bahas issue omong kosong dan remeh remeh.

Kita masih terjebak dengan rente ekonomi yang membuat negara ini tidak efisien dalam semua programnya. Nah Pak Jokowi sudah rampungkan hambatannya dalam bentuk UU Cipta kerja. Tetapi mudah banget digugat oleh rakyat. Kalian engga jaga itu dengan baik. Seperti mempermainkan agenda presiden, agenda rakyat. Gimana sih. Akibatnya kita kembali terjebak dalam ekonomi rente. Sementara hutang terus bertambah.

Dalam hal penegakan hukum, kalian saling sandera. Gimana kita bisa jadi negara hukum yang punya rasa hormat dan martabat di hadapan negara lain. Kalau memang Anies itu salah, ya tuntaskan kasusnya. Kalau terbukti bersih, ya umumkan. Kalau terbukti salah, penjarakan. Jangan digantung terus. Kalau memang Ahok itu kasusnya sudah selesai, ya umumkan oleh KPK. Jangan digantung terus sama seperti kasus Ganjar. Kalau memang ada kasus mafia alutsista, ya usut Prabowo. Jangan biarkan dibuat ngambang.  Adilah dari sejak dalam pikiran.” Kata saya.

“ Ya sulit lah. Ini kan politik, Mana pula polos polosan. “ Kata mereka. “ Medan politik kan medan perang. To be or not to be “

‘ Dan akhirnya kalian yang menimbulkan tumpukan bangkai. Sementara burung pemakan bangkai yang pesta. Pengusaha rente juga yang menikmati.  Kan konyol banget” Kata saya tersenyum. Usai makan siang dengan mereka saya  pergi ke spa sama teman teman.

Minggu, 14 November 2021

*CIA  SUDAH MEMPERSIAPKAN PRESIDEN BONEKA DI* 
*INDONESIA  UNTUK PILPRES 2024 ISLAM HANYA* 
*DIPAKAI SEBAGAI ALAT MOBILISASI MASA SAJA*
Dengan dinamika media mainstream menjadikan calon presiden yang masih 3 tahun lagi terlihat bahwa para sponsor sedang mempromosikan kandidat yang, kemudian *siapa sponsor tersebut* ??

Siapa lagi selain *perusahaan asing* dan para cukong yang ingin usahanya aman di Indonesia yang sudah terakomodir selama puluhan tahun keberadaannya tentu saja sejak jaman orde baru, mereka adalah TNC yang memiliki investasi besar disini seperti Freeport, Chevron dan beberapa perusahaan lainnya yang sekarang tidak hanya bergerak dibidang energi dan sumber daya alam mereka sudah punya koneksi dengan para pengusaha dan political mainstream di Indonesia , *siapa lagi selain PKS* , *Jusuf Kala keluarga Cendana* dan *Cikeas* mungkin juga termasuk elit elit Partai 😫

Urusan biaya bagi mereka bukan masalah mau sepanjang taun membiayai demopun takkan jadi masalah karena kekuatan modal mereka sangat besar karena berpuluh- puluh tahun menguasai ekonomi Indonesia dan kepentingan para imperialis dan *AS bekerja dalam senyap melalui CIA.*

*Seharusnya Kita sebagai bangsa Indonesia benar-benar waspada*  Terhadap dinamika masyarakat yang terjadi di Indonesia , bisa dibayangkan dengan social engineering atau rekayasa sosial kondisi masyarakat bisa seketika berubah , kenapa bisa demikian ? 

*Ada sebuah strategi dalam rekayasa sosial  yang dinamakan Psywar* (Psychological Warfare) atau biasa disebut perang urat syaraf adalah suatu bentuk serangan propaganda yang dilancarkan dua atau lebih pihak yang saling bertentangan pendapat. Salah satu batasan akademiknya adalah "suatu tindakan yang dilancarkan menggunakan cara-cara psikologi dengan tujuan membangkitkan reaksi psikologis yang telah terancang terhadap orang lain".

*Psywar merupakan salah satu strategi yang sering digunakan dalam* peperangan. Berbeda dengan perang-perang konvensional yang bermodalkan senjata atau berbagai peralatan fisik lainnya untuk mengalahkan musuh, Psywar memanfaatkan sisi psikologis dan pemikiran lawan agar bisa dipecah konsentrasinya. 

*Kita bisa lihat ketika Pilpres 2014  Jokowi maju sebagai calon Presiden* yang diluar keinginan political mainstream disanalah psywar mulai dijalankan fitnah bertubi -tubi dari medsos maupun media mainstream yang dibiarkan oleh pemerintahan SBY walau akhirnya Pilpres Tetap dimenangkan Jokowi yang menunjukan bahwa rakyat sudah muak dan mulai faham.permainan politik para political mainstream yang cenderung membagi kuenya untuk mereka sendiri dan kelompoknya.

*Psywar adalah sebuah strategi yang teramat jahat* yang biasa digunakan *Amerika Serikat untuk mendukung para pionnya yang bisa dikendalikan* biasanya Pejabat korup yang berani membungkam atau melawan kedaulatan rakyat. Tentu kita Masih ingat bagaimana Soeharto menggulingkan Bung Karno dengan mengkambing hitamkan PKI dan memusnahkan semua ideologi golongan kiri di Indonesia. tentunya saat Itu didukung oleh semua media mainstream termasuk media Amerika Serikat yang menjadi rujukan dunia seperti Associates Pers , Herald tribune , New York times dan sebagainya. (_*teruskan baca penting di bawah...*_👼👽👿👇)
Beruntung Jokowi maju menjadi presiden dikala teknologi informasi sudah maju sehingga masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh  hoax yang sangat masif dan dukungan media mainstream yang dikendalikan oleh para Political mainstream. 

Kita memang harus waspada dan apa rencana para political mainstream sebenarnya sangat berhubungan dengan rencana CIA yang memang sudah menancapkan kukunya terlalu lama di Indonesia. Bagaimana rencana tersebut?
Mari Kita ulas :

CIA atau AS Sudah menyiapkan calon Presiden boneka dan bagaimana agenda AS di Indonesia ?

1. Thn 2009, Anies Baswedan mendampingi SBY untuk menerima penghargaan dari Boston Club.
Wikileaks membocorkan.
Sebelum ke AS, Kedutaan Besar AS di Jakarta mengirim pesan diplomatik ke CIA, Defense Intelligence Agency, National Security Council dan Menlu AS. 

2. Apa isi pesan tsb?Dalam file berkategori sensitive but unclassified (SBU) itu, Kedubes AS di Jakarta melaporkan tentang profil Anies Baswedan. “Teman AS,” Mungkin tidak banyak orang tahu, apa itu Boston Club. Kalau anda mau riset lebih dalam lagi di google, anda akan tahu.

3. Boston Club adalah think thank pembaharuan AS dlm rangka New world Order Era, dibiayai konglomerasi Yahudi. Salah satunya Rotchild, mitra Hashim Djoyohadikusomo dan Carl Icahn, pemegang saham utama Freeport McMoran. Boston Club adalah club sosial yg paling bergengsi di AS.

4. Tidak mudah menjadi membersnya. Hanya orang tertentu, dan paling elite di AS yang bisa jadi members.
Mereka adalah para politisi, pengacara Top, pengusaha papan atas. 

Akses Anies Baswedan ke Boston Club, tentu tidak datang begitu saja. Itu bukan karena koneksinya dengan elite politik.

5. Tetapi memang sudah dipersiapkan AS sejak lama.
Ia adalah salah satu alumni dari program AFS ( American Fields Service ) yaitu pertukaran pelajar antar bangsa dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. 

6. Tamat dari UGM, mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dlm bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di University of Maryland, College Park (USA).
Kemudian mendapat beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow untuk meraih gelar doktoralnya 

7. Artinya sejak SMA memang sudah qualified dalam program binaan antar bangsa AS.

Bulan April 2018, ABAS berkunjung ke AS sebagai pembicara pada acara Annual Global Conference 2018 yg dilaksanakan di Los Angeles.

8. The Global Conference merupakan pertemuan para pemimpin dan tokoh penting dari seluruh dunia untuk bersama-sama mencari solusi bersama terhadap permasalahan dan isu global seperti pasar finansial, industri, kesehatan, pemerintahan dan pendidikan melalui 150 diskusi panel.

9. Jadi Anies Baswedan itu anak emas Elite politik AS. Thn ini pengaruh AS smkn besar terhadap Indonesia. Itu tanda smkn akomodatifnya Indonesia terhadap politisasi agama. Krn itu terkesan Pemerintah tdk bisa tegas kalau sudah menyangkut klmpk Islam, termasuk tdk bisa tegas terhadap Anies Baswedan.

10. Dari dulu AS menggunakan ARAB menyebarkan paham wahabi keseluruh dunia. Bertujuan memecah belah umat Islam dan sekaligus menjadi pressure terhadap Pemerintah yg bukan golden boy AS. Stlh perang dingin, bukan hanya Paham Wahabi, AS juga berada dibelakang Ihkwanul Muslimin, untuk tujuan sama.

11. Menciptakan radikalisme Islam untuk menggoyang pemerintah yang tidak bisa menerima agenda AS. Lihatlah bagaimana petinggi PKS terbang ke Washington bertemu dengan elite politik AS untuk meminta dukungan dari AS menekan China dalam kasus Muslim Uighur.

12. Makanya kalau sekarang setiap pembahasan partai tentang calon Presiden dan Wapres maka selalu nama Anies disebut.
Itu bagian dari agenda orang yang ada di Boston club untuk menanamkan pengaruh dan hegemoni AS di seluruh dunia. 

13. Bagi para patron Islam menganggap ini adlh era kebangkitan umat. Niat menjadikan Anies Baswedan sebagai Presiden/Wapres 2024, untuk melancarkan agenda mrk mengubah UUD 45 yg bersyariah. Namun mrk lupa, ketika rezim pro AS berkuasa, yg pertama kali disikat radikalisme Islam itu sendiri.

14. Mengapa AS sangat paham radikalisme? , dia creatornya & itu diperlukan AS untuk mencapai tujuannya, bukan untuk menjalankannya.

Lihat fakta sejarah. Soeharto menjatuhkan Soekarno berkat dukungan Islam, namun stlh Soeharto berkuasa, gerakan islam dibungkam secara sistematis. Dalam kandang yang dinamakan PPP

15. Lihatlah fakta Turki, Erdogan yang Ihkwanul Muslimin berhasil mengalahkan partai sekular, namun setelah dia berkuasa, pendukung militannya lebih dulu ditangkapi lewat kudeta direkayasa. Ribuan ulama Ihkwanul Muslimin ditangkap, yang lari keluar negeri, diburu.

16. Muhamad Morsi yang Ihkwanul Muslimin, berhasil menang pemilu menjatuhkan Mubarak, juga akhirnya dijatuhkan oleh AS lewat kudeta Militer.

Berteman dengan Srigala, hanya memberikan cara efektif dan efisien memangsa anda. 

17. Jgn kaget, saat Pilpres 2024 nanti, Kapal Induk AS ada di Selat Sunda.

Ketika Pilkada DKI 2017. Kapal Induk AS - USS Carl Vinson masuk Indonesia tgl 15 s/d 25 April 2017 atas ijin Panglima TNI saat itu Gatot Nurmantyo.
Itu adalah bentuk Psychologycal Warfare.

Dari menghadapi dan membaca situasi tersebut  ada hal yang saya cukup salut dengan langkah strategis Jokowi , yaitu merangkul Prabowo dan Hasyim Djojohadikusumo dalam kabinetnya kemudian memperkuat TNI dengan semua loyalisnya terakhir membubarkan HTI dan FPI yang merupakan Proxy war dan alat Phycological warfare di Indonesia sambil memperkuat hubungan bilateral dengan Amerika dan Juga Cina sehingga para political Mainstream dan Amerikapun banyak dibuat mati langkah. Dan malahan Amerika lebih memilih berhubungan baik dengan pemerintah daripada para political mainstream , seperti Kita lihat FPI dibubarkan tanpa ada yang memprotes pembubaran tersebut kecuali riak-riak kecil para politisi busuk dan Jusuf Kalla ke Taliban tanpa ada dukungan dari pemerintah.

Luar biasa kecerdasan dan keberanian Presiden Kita ini menghadapi Singa dengan langkah cerdas dan berani karena beliau betul betul seorang Nasionalis sejati yang Ingin mengembalikan Negara kepada kedaulatan rakyat tidak seperti political mainstream selama ini.

Don't let Jokowi Walk alone dalam rangka mengembalikan kedaulatan rakyat dan  lawan terus setiap usaha mengembalikan Fasisme di Negri ini.

Merdeka !!
Salam Kedaulatan Rakyat
(🇮🇩)*
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India