PERTAHANKAN NKRI DI SELURUH INDONESIA
Indonesia adalah Negara yang Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.Maju terus pantang mundur guna menuju Rakyat Adil Dan Makmur untuk Seluruh Rakyat Indonesia.
![](http://4.bp.blogspot.com/-Z4uQvShpUbc/WrGsq6TdRmI/AAAAAAAAAAQ/tTVUh0bFlhssbg-hFYDRJN8PlcAJ2DCnACK4BGAYYCw/s1600/Burung%2BGaruda.jpg)
PEMIMPIN ANTI KORUPSI
Presiden Satu-satunya di Indonesia memiliki Sertificate ANTI KORUPSI,Jujur dan Kerja Keras,Dekat Dengan Rakyatnya.
Jumat, 20 Mei 2022
BNPT Sebut Larangan UAS Masuk Singapura Jadi Pelajaran untuk RI
Di Cangkir Kopiku : Sudah tak ada lagi Nusantara
Kamis, 03 Februari 2022
[Bgn 1] TERIMA KASIH RAKYAT KALIMANTAN, BOS EDY ITU TERNYATA SALAH SATU TANGKAPAN KAKAP
Jumat, 21 Januari 2022
BERSIAP MENGARUNGI METAVERSE
PENGAKUAN KADER PKS "CARA MENGHANCURKAN NKRI"
KILAS BALIK 4 TAHUN YANG LALU.
Selasa, 18 Januari 2022
Miris! 3 Kepala Daerah Alumni Monaslimin 212 dan 411 Tersandung Kasus Korupsi
Masalah kita banyak.
Jumat, 17 Desember 2021
Mengapa Anies Tidak Tersentuh KPK, Ini Mungkin Paling Tepat Judul Tulisan Ini.
Kamis, 02 Desember 2021
JENDERAL MOELDOKO MENJAWAB..
China menguasai surat utang Amerika US$ 1.15 Trilyun.
Apakah otomatis Amerika dicaplok oleh China ?? Tidak
Arab investasi di China 870 Triliyun.
Apakah rakyat China terkencing-kecing merasa dijajah oleh Arab ?? Tidak
Amerika Investasi 122 Triliyun ke Singapore, apakah warga Singapore otamatis jadi antek asing ?? Tidak
Sebanyak 252.000 TKI bekerja di Taiwan.
Apakah rakyat Taiwan merasa dijajah Indonesia ?? Tidak
Jumlah TKI yang bekerja di China 81.000, sementara TKI di Hongkong 153.000, di Macau 16.000, apakah rakyat China, Hongkong dan Macau merasa di jajah oleh Indonesia ?? Tidak
TKA yang bekerja di Indonesia sebanyak 74.183 orang.
Sementara 21.271 ribu di antaranya berasal dari China, disusul Jepang dan lain-lain.
Tapi sebagian dari kita sudah terkencing-kencing merasa dijajah oleh China.
Mengapa rakyat negara-negara dimana TKI kita berkerja tersebut bisa bernalar dengan benar ??
Karena mereka bisa membedakan antara bisnis dengan kedaulatan negara.
Dunia abad XXI tidak dipetakan lagi oleh suku, ras dan agama.
Masyarakat modern sudah tidak mempermasalahkan lagi perbedaan keyakinan.
Mereka bersama-sama membangun peradaban.
Di sini tidak begitu.
Yang didahulukan hanya kebencian karena takut berkompetisi dan takut kalah dalam persaingan hidup.
Kemudian dibalut dengan pemahaman sempit dalam beragama.
Saran & input untuk rakyat tercinta Indonesia
Oleh
Jenderal Moeldoko
Minggu, 28 November 2021
Keluarga King Abdullah of Jordania
https://arsip.topsekali.com/2021/11/keluarga-king-abdullah-of-jordania.html
Raja Abdullah II merupakan generasi keturunan langsung dari Nabi Muhammad ke-41.
E Lawrence dalam bukunya Seven Pillars of Wisdom (1926) menuliskan, keluarga kerajaan Yordania berasal dari Bani Hasyim, yang merupakan marga dari suku Quraisy.
Marga ini merujuk pada Hasyim bin Abdul Manaf sebagai silsilah yang utama. Hasyim merupakan kakek buyut dari Nabi Muhammad.
Namun, garis keturunannya sekarang ini lebih umum dikatakan sebagai keturunan langsung melalui Siti Fatimah, putri dari Nabi Muhammad. Bani Hasyim sebagai marga keluarga kerajaan yang telah memerintah Yordania sejak tahun 1920.
Jangan sebut nama Ganjar, saya Benci Banget Sama Ganjar
https://www.kompasiana.com/alyakania77/619b1375c26b77650b5d4d53/saya-benci-ganjar-pranowo
Ganjar, Lagi-lagi Ganjar, Saya benci banget sama Gubernur Jawa Tengah itu. Setiap namanya disebut, pasti ada prestasi yang dicapainya. Lha Gubernur saya. Setiap namanya disebut, pasti ada masalah yang dibuatnya.
Saya tinggal di Jakarta. Tapi entah kenapa tetangga saya, teman kerja saya sampai teman nongkrong selalu bahas Ganjar. Kata mereka Ganjar hebat. Seorang pemimpin yang merakyat. Tiap hari dia blusukan. Menyelesaikan masalah rakyat langsung di lapangan.
Saya sih diam saja. Sambil emosi saya hanya tertawa. Bathin saya, ini Jakarta woy...kenapa bahas Ganjar? Apasih hebatnya dia?
Lama saya dengarkan obrolan mereka soal Ganjar. Kata mereka, selama pandemi hanya Ganjar kepala daerah yang kerja dengan baik. Ganjar, saya selalu aktif terjun ke lapangan. Hampir tiap hari, ia keliling ke masyarakat kota sampai desa untuk edukasi protokol kesehatan.
Masalah-masalah di rumah sakit ia tangani sendiri. Ia kerap sidak untuk melihat situasi. Kearifan lokal masyarakat tentang saling menolong didorong lewat program Jogo Tonggo. Program bantuan sosial dikawal agar tepat sasaran.
Lalu kawan-kawan saya membandingkan dengan Anies, gubernur saya. Nggak pernah ada program kerja terarah untuk penanganan pandemi di Jakarta. Ia kerap cuci tangan, dan salahkan pemerintah pusat kala pandemi tak terkendali. Tapi saat pandemi menurun dan Jakarta dianggap bagus dalam penanganannya, dia yang pertama angkat tangan. Itu karena kerja keras saya. Gitu katanya.
Saya langsung nyolot. Saya katakan ke mereka, gubernur saya itu nggak kalah hebat dari Ganjar. Tiap hari, dia juga blusukan. Bukan ke rumah sakit atau perkampungan, Anies tiap hari datang ke tempat pemakaman. Ia ingin memastikan, warganya yang mati katena Covid-19 bisa dapat tempat yang nyaman. Ini baru pemimpin revolusioner namanya, bung!. Menyiapkan makam itu kan juga penting.
Selama pandemi, kata teman saya. Ganjar mengoptimalkan anggaran di Jateng untuk penanganan. Anggaran yang nggak penting dipangkas. Sumber anggaran dari sektor lain dioptimalkan.
Tak hanya ngurus kesehatan. Sektor ekonomi juga dapat perhatian. Ganjar dengan ringan tangan bantu pemasaran UMKM. Gandeng e-commerce raksasa nasional untuk pendampingan dan pemasaran. Pelan namun pasti, ekonomi Jateng tumbuh positif lagi.
Saya bantah lagi ke mereka. Itu sih biasa. Semua kepala daerah juga melakukan itu. Keren gubernur saya dong, yang anggarannya dihambur-hamburkan untuk gelar event internasional bernama Formula E. Luar biasa bukan? Berpikir out of the box namanya.
Teman-teman saya agak jengkel juga dengan jawaban saya itu. Mereka katakan, coba kalau anggaran Formula E buat bantu UMKM dan pelaku usaha kecil. Pasti lebih manfaat. Kata mereka.
Atau anggaran itu buat memperbaiki rumah tak layak huni. Meski namanya Ibu Kota Negara, tapi di Jakarta masih banyak warga miskinnya. Mereka tinggal di kolong jembatan. Atau pemukiman kumuh yang jauh dari kata nyaman.
Kata teman-teman saya, Ganjar sudah lakukan itu. Sejak 2013 memimpin Jateng, Ganjar sudah renovasi ratusan ribu rumah tak layak huni di Jateng. Bahkan sebentar lagi, sejuta rumah tak layak huni di Jateng diperbaiki.
Saya ketawa saja. Ngapain renovasi rumah tak layak huni. Program Anies kan kebih hebat. Dia bangunkan rumah untuk rakyat, dengan DP 0 persen. Ya meski sampai sekarang tak ada peminatnya, karena syarat penghasilan untuk menikmati program itu dinaikkan. Kan bukan salah Anies. Salah mereka saja kenapa mau miskin.
Itu kan dikorupsi, kata teman saya nyolot. KPK sudah turun, beberapa bawahan Anies sudah ditangkap dan jadi tersangka. Bisa jadi, Anies terseret ke sana. Belum lagi banyak program kerja Anies yang jadi temuan BPK. Mulai pengadaan lem aibon, pengadaan mobil pemadam kebakaran, sampai dugaan korupsi pengadaan alat rapid tes termasuk masker.
Saya mulai agak emosi juga. Tapi masa sih, gubernur saya yang hebat itu bakal jadi tersangka? Kan dia ahli silat, yang bisa menangkis setiap serangan. Paling tidak, dia jago menghindar. Pasti aman...bathin saya. Sudah banyak dugaan korupsi yang menyerang gubernur saya. Tapi karena kelincahannya, dia masih aman-aman saja. Dengan ilmunya, dia bisa bermain retorika. Dia sebut itu kelebihan bayar. Bukan korupsi lho.
Istilah keren bukan? Belum tentu Ganjar bisa membuat istilah-istilah itu.
Perdebatan beralih ke sektor pendidikan. Saya dengan bangga mengatakan, tak ada kepala daerah sehebat Anies kalau ngomong soal pendidikan. Gubernur saya itu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Jokowi lho. Meskipun dia dipecat, tapi dia kan punya banyak pengalaman. Saya yakin, dia bisa bawa pendidikan Jakarta lebih baik lagi.
Tapi kata teman saya, tak ada program kerja yang wah di sektor pendidikan selama Anies memimpin Jakarta. Hanya biasa-biasa saja. Biasa banget malah kalau kata mereka.
Beda dengan Ganjar, yang kata mereka luar biasa. Di Jateng, Ganjar buat sekolah khusus untuk menampung anak-anak miskin. Namanya SMK Jateng. Di sekolah itu, mereka yang notabene anak kurang mampu bisa sekolah secara gratis. Dapat semua perlengkapan sekolah, tinggal di asrama plus diberi beasiswa.
Tak hanya itu. Saat mereka lulus, mereka bisa langsung bekerja. Banyak perusahaan yang sudah inden mereka. Ada yang kerja di Jepang, Jerman dan negara lainnya dengan gaji menggiurkan.
Kerjasama yang apik antara SMK Jateng dengan pelaku industri baik dalam maupun luar negeri, jadi jaminan mereka memperbaiki kehidupan. Mereka bisa dapat penghasilan dan membawa keluarga keluar dari garis kemiskinan. Keren bukan?
Lha gubernur saya, kata teman saya, boro-boro melakukan itu. Dia hanya diam saja, meski banyak pelajarnya yang saling baku hantam di jalanan. Tawuran.
Saya seruput kopi hitam yang mulai dingin. Rasanya semakin pahit karena hati saya mulai panas dengan omongan kawan-kawan saya itu. Bangsat kalian!.
Dan yang paling bikin saya esmosi adalah, saat mereka membahas soal radikalisme dan intoleransi.
Kata teman saya, Ganjar sosok yang tegas kalau soal ini. Tak ada ampun bagi siapapun di Jateng yang terafiliasi dengan ormas atau jaringan radikal. Ia bakal pecat pegawainya yang terlibat dalam gerakan-gerakan ini. Kurikulum anti radikalisme dan intoleransi dibuat. Para mantan napi terorisme digandeng untuk beri pengajaran pada masyarakat.
Lha Anies? Mana ada program itu. Justru selama ini, Anies asyik bersenggama dengan tokoh-tokoh radikalis dan ormas-ormas intoleran di Jakarta.
Saya jawab itu ya wajar saja. Gimana nggak berkawan, kan mereka juga yang membantu Anies duduk di kursi empuk gubernuran. Kelompok inilah yang membuatnya memenangkan pertandingan. Membalas kebaikan dengan kebaikan wajar saja bukan? Siapa yang nglarang Anies berkawan dengan mereka. Toh saat nyapres nanti, suara mereka bisa dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan. Taktik dan strategi kampanye kelompok ini sudah terbukti ampuh di pilkada 2018 lalu.
Eeh teman-teman saya malah tambah nyolot. Kata mereka, Indonesia akan hancur kalau dipimpim orang yang berafiliasi dengan kaum radikal dan ormas intoleran.
Seketika, kopi saya habiskan. Tanpa pamit, saya tinggalkan mereka yang asyik ngobrol soal Ganjar. Saya pergi, daripada nanti timbul keributan.
Ganjar. Saya makin benci sama nama itu. Gara-gara Ganjar, gubernur saya jadi tak ada harganya di kalangan rakyatnya sendiri. Dia kelihatan seperti anak kemarin sore, yang nggak bisa kerja dan nggak mudeng apa-apa. Sialan !!!
Fitria Sanjaya, terduga terorisme yang ditangkap Densus 88 Antiteror mengaku pihaknya dari Yayasan Baitul Mal Abdurrahman bin Auf
JAKARTA, KOMPAS.TV - Fitria Sanjaya, terduga terorisme yang ditangkap Densus 88 Antiteror mengaku pihaknya dari Yayasan Baitul Mal Abdurrahman bin Auf (Laz BM ABA) mampu merengkuh dana publik hingga 28 miliyar per tahun.
Dana ini untuk membiayai seluruh aktivitas yang diduga terkait dengan terorisme organisasi Jamaah Islamiyah (JI).
Dalam pengakuannya, Fitria Sanjaya yang merupakan salah satu pimpinan Yayasan BM ABA mengaku bahwa memang tidak ada audit yang dilakukan oleh organisasi maupun pihak dewan syariah di yayasan tersebut.
Fitriabjuga mengakui bahwa Farid Okbah yang ditangkap di Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu adalah salah satu petinggi lembaga itu.
Soal keuangan ini, menurutnya, pihak Yayasan cuma melihat besaran angka yang disetor untuk organisasi.
“Pada tahun 2014 sebagai contoh, yang harus disetor ke jamaah Islamiyah (ditargetkan) 500 juta, ternyata saya mampu 50 juta, tahun selanjutnya hanya mampu 150 juta. Mereka para dewan Yayasan majelis ABA melihat kita dari hasil kuota yang disetorkan,” papar Fitria Sanjaya kepada KOMPAS TV, Jumat (26/11).
Meski begitu, kata dia, jumlah secara total dari pelbagai kotak amal dan yayasan yang terafiliasi dengan yayasan ini mencapai jumlah fantastis.
“Tapi secara keseluruhan meningkat, pernah total sampai Rp 28 miliar dalam setahun, terjadi tahun 2019. Waktu itu kami saja setor Rp 480 juta,” paparnya.
https://www.kompas.tv/article/236161/pengakuan-eksklusif-fitria-sanjaya-yayasan-amal-ji-raup-rp-28-milyar-per-tahun-biayai-organisasi?medium=headline&so=1