Minggu, 30 Juni 2024

Presiden Jujur Dan Pro Rakyat Negerinya

Presiden Ethiopia membuat MOU dengan Presiden China, minta China transfer tekhnology dan kerjasama dalam pembangunan. Hasilnya..... melesat 20 tahun terakhir ini Ethiopian dari negara miskin rakyat kelaparan, perang suku, "conflict agama" berubah menjadi negara Afrika yang maju..! Modern, damai..!  
President Ethiopia tidak menipu rakyatnya berdalil bansos tidak korup sekarang mengcopy habis kebijakan "Xi Jin Ping" Presiden China Tiongkok :
1.visioner.
2.tidak korup.
3.Rakyat dibuat sadar harus kerja nyata bukan omon - omon baik ormas ormas radikal atau medsos - medsos hoax penipu publik baser baser Pemerintah yang kerjanya menipu 
4.Hidup damai jauhi konflik. 
Junjung tinggi toleransi beragama.

Jumat, 28 Juni 2024

Perjalanan Hidup Tanri Abeng

Tanri Abeng

Oleh: Dahlan Iskan
Senin 24-06-2024

(Tanri Abeng dalam sebuah forum diskusi bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Dahlan Iskan)

Saya selalu kagum dengan kesehatan Pak Tanri Abeng. Di usia 82 tahun masih terlihat gesit. Kami ngobrol asyik di Semarang. Mungkin empat bulan lalu. Atau lima.

Tidak ada tanda-tanda ia mengidap satu jenis penyakit. Badannya terjaga: tidak gemuk. Maka ketika mendengar Pak Tanri meninggal dunia kemarin, rasanya tidak begitu percaya.

Memang hari itu kami bertemu di klinik. Tapi tidak untuk berobat. Kami justru sedang berusaha agar tetap sehat: sama-sama melakukan stem cell.

Pak Tanri ketahuan tidak sehat baru dua bulan lalu. Tepatnya tanggal 5 bulan 5. Hari itu ia memimpin rapat sejak pagi sampai sore. Di rumahnya. Di kawasan elite Simpruk Jakarta.

Yang hadir di rapat itu adalah seluruh pimpinan universitas yang ia adalah rektornya.

Pak Tanri memang mendirikan lembaga pendidikan tinggi menggunakan namanya: Tanri Abeng University. Di daerah Ulujami, Jakarta.

Usai rapat itu Pak Tanri merasa lelah. Capek. Lemes. Lalu dibawa ke RS Pertamina.

Ketahuanlah: hb darahnya turun. Trombositnya rendah. Malam itu juga dilakukan tranfusi. Keadaannya pun membaik. Keesokan harinya diterbangkan ke Singapura.

Hampir empat minggu Pak Tanri menjalani pengobatan di RS Mount Elizabeth. Di sana diketahuilah bahwa Pak Tanri mengidap leukimia.

Diobati.

Setelah merasa kondisinya membaik ia minta pulang. Maka tanggal 4 Juni lalu Pak Tanri kembali ke Jakarta.

Baru saja mendarat di bandara kondisi tubuhnya memburuk. Pak Tanri langsung dimasukkan ke RS Medistra Jakarta.

Di situ ia dirawat. Sampai akhirnya meninggal kemarin dini hari.

Berarti Pak Tanri mengurus lembaga pendidikan sampai di akhir hayatnya. Pendidikan adalah panggilan jiwanya. Ia terinspirasi dari guru-gurunya yang hebat di SMK di Makassar. Saking kagumnya pada para guru itu sampai Pak Tanri punya cita-cita jadi guru.

Pak Tanri sebenarnya lahir di Selayar, sebuah pulau miskin di selatan Sulawesi. Untuk ke kota Makassar diperlukan naik kapal satu malam penuh.

Usia 12 tahun Tanri kecil pindah ke Makassar. Ikut keluarga. Itu karena ayahnya meninggal dunia.

Di sekolah menengah kejuruan itulah Tanri mendapat kesempatan ikut pertukaran pelajar ke Amerika. Waktu itu Tanri aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) --sering disebut sebagai "adik"-nya HMI.

Di Amerika itulah jalan pikiran Tanri berubah. Tidak ingin lagi jadi guru. Ia ingin jadi profesional. Itu sesuai dengan nasehat orang tua angkatnya di Amerika.

"Dengan menjadi profesional kamu bisa punya uang. Setelah kaya baru terjun ke dunia pendidikan. Hasilnya lebih banyak." Begitu kurang lebih nasehat sang ortu angkat.

Pulang dari Amerika Pak Tanri kuliah di Universitas Hasanuddin. Hanya lima semester. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas di Buffalo, tidak jauh dari air terjun terbesar di dunia: Niagara.

Dengan gelar MBA Pak Tanri direkrut oleh perusahaan Amerika di Indonesia: Union Carbide. Itu perusahaan kimia berskala global. Karirnya terus menanjak di situ.

Di dunia profesional itu Pak Tanri membuat sejarah: ia-lah orang pertama yang mendapat gelar 'Manajer Rp 1 miliar'. Baru di sosok Pak Tanri ada seorang manajer bergaji Rp 1 miliar setahun. Saat itu nilai Rp 1 miliar serasa seperti Rp 100 miliar hari ini.

Banyak yang menyangka itu karena gelar Pak Tanri bukan Drs, SH atau Ir. Gelar Pak Tanri adalah MBA. Agak langka saat itu. Maka gelar MBA terasa menjadi seperti di atas S-1. Anak muda pun seperti berlomba mengejar gelar MBA. Pun bagi yang sudah bergelar S-1. Kini Anda merasakan gelar MBA tidak lagi punya keistimewaan seperti di zaman Pak Tanri.

Yang menghebohkan adalah ketika Pak Tanri menerima tawaran menjadi CEO perusahaan bir: Bir Bintang. Padahal latar belakang pribadinya sangat Islam: aktifis PII dan kemudian juga HMI.

Yang jelas Pak Tanri kemudian identik dengan manajer profesional yang hebat. Ilmu manajemen seperti tiba-tiba menjadi sangat penting. Para insinyur ITB dan IPB pun mengejar karir di manajerial.

Pun sampai Presiden Suharto: mengagumi Pak Tanri. Pak Harto memanggilnya. Diajak diskusi mengenai pengelolaan perusahaan negara.

Saat itulah Pak Tanri mengajukan ide pembentukan kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lalu Pak Tanri menjadi menteri BUMN yang pertama.

Sebelum itu perusahaan negara berada di bawah kementerian teknis masing-masing. Perbankan di bawah menteri keuangan. Industri di bawah menteri perindustrian. Sebangsa Panca Niaga di bawah menteri perdagangan. PLN di bawah menteri PU. Dan seterusnya.

Sejak zaman Pak Tanri itulah kekuasaan para menteri atas perusahaan negara dicabut. Semua dialihkan ke kementerian BUMN.

Pak Tanri, dengan demikian, adalah 'Bapak BUMN'. Jabatan menteri BUMN tetap di tangannya saat presiden berganti ke Prof BJ Habibie. Lalu pindah ke Laksamana Sukardi di zaman Gus Dur. Hanya sekedipan mata. Pak Laks diganti oleh orang NU --saya lupa namanya.

Di zaman Bu Megawati jadi presiden, Pak Laks kembali diangkat menjadi menteri BUMN.

Setelah tidak jadi menteri Pak Tanri tetap laris: diminta jadi CEO Grup Bakrie. Lalu jadi Komut Pertamina. Jadi CEO di kelompok usaha OSO. Bahkan saat meninggal pun masih menjadi komisaris di salah satu BUMN.

'Dendam'-nya untuk terjun ke dunia pendidikan dituntaskan di tahun 2011. Saat usianya 70 tahun. Pak Tanri menjual sahamnya di hotel Aryaduta Makassar. Hasilnya: untuk membangun Tanri Abeng University di Jakarta. Ia yang jadi rektornya, sampai meninggal dunia.

Pak Tanri memang bertekad harus ia yang langsung  memimpin universitas itu. Misinya: agar lulusannya bisa menjadi manajer yang hebat. Atau jadi pengusaha. Atau menjadi seorang pemimpin.

Di universitas itulah Pak Tanri kehilangan isterinya: Farida Nasution. Farida meninggal di tahun 2016 dengan dua anak: Emil Abeng dan Edwin Abeng. Dari mereka lahir 4 cucu.

Di universitas itu pula Pak Tanri menemukan pengganti Farida. Dia seorang dosen komunikasi: Kartika Harijono. Dipanggil Chika. Janda satu anak. Pak Tanri dan Chika menikah tanggal 4 bulan 5 tahun 2019.

Saya tidak bisa melayat kemarin. Saya minta tolong Mas Irwan Setiawan untuk mengucapkan duka. Mas Irwan adalah pimpinan Jawa Pos di Jakarta pada masanya. Kini ia menjadi dosen komunikasi di Tanri Abeng University.

Tentu pada dasarnya Pak Tanri tidak memerlukan gelar apa pun selain MBA. Tapi pada akhirnya beliau kuliah S-3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sampai bergelar doktor. Itu semata-mata karena peraturan:  untuk bisa jadi rektor harus bergelar doktor.

Pak Tanri adalah contoh "sekali hidup banyak berbuat". Juga "banyak membuat sejarah".(Dahlan Iskan)

Kamis, 20 Juni 2024

Persoalan Politik

MARI MELIHAT PERSOALAN POLITIK MELALUI SUDUT PANDANG YANG BERBEDA
Penulis : Andi Salim

Sering diantara kita berselisih paham dengan orang lain, terutama melalui debat kusir dimana masing-masing pihak yang terlibat tidak ingin saling mendengar dan justru meninggikan volume suaranya untuk mendominasi lawan atau pun konstituen lain yang menjadi pemirsanya. Diskusi memang hal menyenangkan bagi siapapun yang antusias ingin mendapatkan kualitas informasi dan posisi faktual yang terjadi. Sebab bagaimana pun, Salah satu tujuan diadakannya debat adalah untuk memperoleh sudut pandang baru yang dapat diterima oleh para pihak yang terlibat didalamnya. Walau telah berusia lanjut, terbukti banyak dari mereka yang gemar mengikuti diskusi, baik sebagai pelaku mau pun sekedar menjadi penonton / pendengar saja.

Siapa yang tidak ingin menjadi petarung debat yang nyaris mengetahui segalanya. Bahkan tak jarang dari mereka yang menggemari aktifitas yang satu ini rela menyerap informasi apapun, termasuk menghapal dalil-dalil guna memperkuat pendapatnya sehingga terkesan komprehensif dan berkualitas. Ada banyak figur-figur sebagai contoh yang terlihat tangguh dalam menyampaikan pendapatnya khususnya tentang pandangan dan wawasan dirinya mengenai sesuatu hal. Bahkan ada diantara mereka yang begitu terkesan sempurna dari bidang yang digelutinya. Namun semboyan diatas langit masih ada langit menjadi ukuran penilaian semua itu, bahwa tidak semua orang akan mampu menguasai sesuatu hal hingga tidak memiliki lawan yang seimbang guna menandinginya.

Namun anehnya, kadar intelligence Quotient berdasarkan laporan World Population Review 2024, merilis bahwa rata-rata IQ orang Indonesia adalah 78,49. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-129 dari 197 negara yang diuji. Rata-rata IQ orang Indonesia juga jauh di bawah rata-rata IQ penduduk dunia, yaitu antara 85 hingga 115. Sekalipun data ini seolah-olah mengecilkan kemampuan bangsa Indonesia, toh nyatanya persoalan politik baik dipanggung lokal maupun internasional, figur para tokohnya sering menjadi penentu di forum-forum tertentu, bahkan banyak yang mengejutkan para pemimpin dunia pula. Sebab sepak terjang dari setiap tokohnya bukanlah sekedar datang sebagai pecundang, melainkan banyak diantara mereka yang berprestasi hingga mengundang decak kagum pihak manapun.

Perkara kemandirian sikap tokoh-tokoh bangsa ini bukan perkara baru yang sering diangkat ke publik. Pihak penjajah seperti Belanda dan Jepang sekalipun pernah merasakan sengitnya dialog serta perdebatan delegasi bangsa ini dalam berargumentasi untuk mempertahankan prinsip-prinsip pokok serta ideologi negara yang dengan teguh mereka pertahankan. Bahkan tak jarang diantara mereka banyak pula yang rela berkorban sekaligus memasung hasrat pribadinya demi mendapatkan posisi politik Indonesia Dimata internasional. Hingga dari sikapnya itu tentu saja mendatangkan lawan yang secara personal mendapatkan kondisi yang kurang menyenangkan bagi mitra negara lain yang dianggap terlalu menekan dan sulit diajak kompromi.

Persoalan kepiawaian dalam mengkemas politik lokal pun bukanlah perkara baru terjadi terjadi di setiap babak perubahan corak kepemimpinan bangsa ini. Karakteristik tradisi dan budaya indonesia yang kompleks menjadikan generasi indonesia memiliki kematangan politiknya yang luar biasa hingga mampu menggapai akselerasi pada situasi kemajuan dunia yang up to date. Jika selama ini rivalitas partai peserta pemilu yang lolos ke Senayan lebih berfokus pada kekuatan legislatif dan eksekutif hingga terjadi tarik  menarik dalam menjaga kepentingan politik mereka, namun setiap keputusannya tetap saja bisa di kompromikan meski pemerintah dan oposisi sering berbeda pandangan serta tak jarang pula sandungan kerikil yang menghadang harus sama-sama mereka singkirkan.

Kebutuhan untuk mendapatkan figur seorang politisi yang mampu menjembatani berbagai persoalan memang terlihat langka dan masih jarang ditemui. Hadirnya seseorang yang multi talenta serta berkepribadian layaknya seorang negarawan yang memiliki kepedulian, loyalitas terhadap bangsa dan negara, arif dan bijaksana, bersikap adil, memahami seluk beluk pemerintahan seutuhnya serta tidak tercela atau tersandung kasus-kasus tercela termasuk perbuatan korupsi yang menjijikkan, tentu menjadi dambaan banyak pihak. Sebab tak sedikit dari kalangan penguasa saat ini yang terkesan tidak negarawan serta bersikap tidak netral pula dalam berbagai keputusannya. Bahkan para penguasa itu pun disinyalir menggunakan kekuasaannya untuk menyeret oknum lembaga negara lain yang bersifat independen guna memuluskan langkah politik kekuasaan yang diharapkannya.

Proses jalannya demokrasi tak lagi dilakukan secara fair play sebab hampir bisa dipastikan jika semua peserta partai politik yang mengikuti pemilu melakukan money politik yang berbungkus uang transport dan biaya penggantian uang lelah disetiap tingkatan, baik pilkada atau pemilihan legislatif yang berjenjang di kabupaten / kota maupun provinsi bahkan nasional. Cara semacam ini sudah seperti transaksi perdagangan dalam sistem ekonomi yang memberlakukan mata uang sebagai nilai tukar jika seseorang ingin mendapatkan apa yang di inginkan baik berupa barang atau jasa dari pihak lain. Maka, sistem politik yang diterapkan pun hampir sama berlakunya untuk menjadi alat tukar kepentingan melalui transaksi politik yang marak sekarang ini.

Dalam arti luas, politik adalah suatu aktivitas yang di gunakan masyarakat untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Dimana cara mencapai tujuan itu disebut sebagai langkah politik. Ilmu politik bertujuan untuk mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memelihara perdamaian dunia. Namun kita acapkali lupa, bahwa tradisi dan budaya pun menjadi nilai penting untuk dipertahankan bahkan jika perlu dipertukarkan dalam aktifitas kehidupan suatu bangsa. Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat guna menentukan sikap dan tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dalam menjalankan hidupnya.

Jika selama ini, para pelaku politik sering membagikan atribut keagamaan yang mereka lakukan disetiap ajang kampanye pemilihan, meski hal ini dipertentangkan dari aturan pemilu. Terutama oleh mereka yang berbasis partai Islam yang tentu saja bertujuan meraup suara dari mayoritas muslim disekitar lingkungannya. Toh faktanya tidak semua umat Islam memiliki keinginan yang sama dari cara mereka menggemari busana. Artinya, banyak diantara umat Islam pun menyukai atribut budaya serta menginginkan atribut-atribut tersebut untuk dikenakan dalam kehidupan kesehariannya. Apalagi hal ini semestinya menjadi celah bagi partai-partai nasional untuk menaikkan pamor budaya yang kembali digemari masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pada kenyataannya, masyarakat tidak sepenuhnya tunduk kepada dalil-dalil keagamaan. Bahkan tak sedikit pula dari mereka yang menjadi fanatik terhadap ideologi bangsa ini. Bagaimana pun, hubungan Pancasila dan agama adalah hubungan yang saling membutuhkan, dimana agama memberikan peningkatan moral bangsa dimana Pancasila yang menjamin kehidupan beragama agar dapat berlangsung dengan nyaman, tentram dan damai. Sedangkan Pancasila sebagai manifestasi dari kebudayaan yang melahirkan persepsi positif, nilai-nilainya pun berkembang dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, budaya merupakan embrio lahirnya Pancasila seutuhnya. Inilah gambaran kehidupan bangsa Indonesia sekarang ini.

Salam Toleransi:
Andi Salim 

Waspada Penjajahan Gaya Baru Bernama ARABISASI

*Waspada Penjajahan Gaya Gaya Baru Bernama Arabisasi*


Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan angkat bicara terkait maraknya kolonialisasi arabisasi di Indonesia yang menurutnya sudah sangat *meresahkan dan membahayakan*

Padahal di Arab Saudi sendiri saat ini sudah berubah menjadi modernisasi di berbagai bidang, bahkan beberapa kebijakan sekuler sudah  diterapkan mulai dari diizinkannya gelaran tari samba, diizinkan wanita berbikini, diizinkan minuman keras hingga pencabutan peran polisi syariat.

Ken mengaku dirinya bukan *rasis anti Arab, sebab kita tidak bisa request lahir negara tertentu, tapi hanya berbicara fakta yang terjadi di masyarakat, banyak juga sahabat yang keturunan Arab yang baik*. 

*Arabisasi* menurut Ken adalah upaya untuk menerapkan budaya Arab pada suatu tempat, pada sebuah kelompok skala kecil atau besar dengan *mengatasnamakan agama*.
Padahal agama masuk ke Indonesia itu, untuk diserap ajarannya, *bukan budayanya*. 

Bahkan dulu, kelompok Arab ini sudah bikin parpol yaitu *Partai Arab Indonesia* yang semula adalah Persatuan Arab Indonesia pada jaman penjajahan Belanda. 

Pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga seorang marga keturunan Arab bernama Dipo Nusantara Al Aidit, Seorang Muslim yang taat dan hafidz quran 30 Juz, ini dibenarkan oleh putranya Ilham Aidit. Menurutnya keturunan marga Al Aidit cukup banyak di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera, namun Marga Al Aidit lenyap ditelan bumi setelah ramai kasus G30 S PKI tahun 1965.

Menurut catatan sejarah pada tahun 1960 para Habib keturunan Arab Yaman akan dipulangkan ke negara asalnya oleh Jendral Ahmad Yani atas perintah Presiden Soekarno, ini yang memantik dendam dan kemarahan Al Aidit akhirnya memuncak dan tahun 1965 terjadi gerakan pemberontakan dan penculikan terhadap para jendral, termasuk Jendral Ahmad Yani. 

Pada jaman penjajahan Belanda, kelompok *Arab ini memang men dapatkan tempat yang special dimata penjajah*. 
Bahkan derajatnya diangkat lebih tinggi dari masyarakat biasa. 
*Arab seperti bangsawan dan masyarakat sebagai budak*. 

Bahkan seorang keturunan Arab bernama Habib Utsman bin Yahya diangkat oleh Belanda sebagai *Honorair adviseur (Penasehat Kehormatan) bersama sahabatnya Snouck Hurgronje*.

Hal ini menimbulkan perdebatan dimasyarakat saat itu sebab *Habib Ustman Bin Yahya dan Snouck Hurgronje dianggap penyusup dan pengkhianat umat Islam*
 
Ada 2 Tokoh pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) yang juga Pendiri Jamaah Islamiyah yaitu:
*Abu Bakar Baasyir dan Abdulllah Sungkar* 
adalah keturunan Arab. 
Termasuk *Abdul Qadir Hasan Baraja* Tokoh NII yang kini mendirikan ormas Khilafaful Muslimin. 

Menurut Ken, Ada 2 organisasi besar di Indonesia yang menjadi sasaran arabisasi dan *banyak tokoh tokohnya sudah banyak yang terpapar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah*. 

NU dijajah oleh Kelompok Habib dan Muhamadiyah dijajah Salafi Wahabi dan masing masing kelompok Arab ini juga terpecah belah di antara mereka.

Kelompok Habib bisa masuk ke NU karena dipercaya saat ada keturunan nabi, yang jika mengikutinya akan mendapatkan *surga*. 

Jadi, jika ada wajah *kearab araban* dan mengaku *habib walaupun nasabnya tidak jelas*
maka : dianggap wajib dihormati dan *kasta derajatnya lebih tinggi* dari masyarakat biasa. 

*Padahal tidak ada jaminan keturunan nabi akan masuk surga*.
Bahkan dalam, sejarah di Al Qur'an dijelaskan bahwa: *jangankan cucunya nabi, Istri dan anak Nabi yang merupakan kerabat terdekat divonis neraka kerena durhaka*

Ada doktrin di masyarakat yang menyebut jika mengikuti cucu nabi akan dijanjikan surga. Sebab cucu nabi adalah orang-orang yang dijamin kesuciannya. Kalaupun melakukan kesalahan atau dosa atau maksiat akan diampuni Tuhan.

Bahkan ada habib yang memberikan statemen bahwa :
*Belajar ke satu habib yang bodoh sekalipun itu lebih baik daripada belajar ke 70 orang alim atau kiai* 
Doktrin ini sangat keterlaluan, dan tidak masuk akal. 

Sedangkan kelompok Salafi Wahabi adalah kelompok yang mereka mewajibkan umat Islam mengikuti agama seperti jaman nabi dulu, *kelompok ini kaku dalam beragama*
anti terhadap budaya 
Anti kearifan lokal. 
Tidak segan segan mengharamkan : membid'ahkan. Mengkafirkan orang orang yang diluar kelompoknya. 

*Banyak Artis, Pejabat bahkan aparat TNI Polri*   yang terpapar ajaran Salafi Wahabi, *disebabkan salah mengundang penceramah*. 

Dampaknya adalah : sering terjadi *perpecahan, permusuhan, kedengkian, saling mengkafirkan, menjatuhkan, bahkan saling membunuh diantara umat Islam sendiri yang tidak sepaham dengan mereka*. 

Menurut Ken, 
jika ditelaah lebih dalam, *kolonialisasi arabisasi* adalah upaya copy paste *pergeseran dendam politik konflik Sunni Syiah di timur Tengah ke Indonesia*. 

Kalau konflik Sunni Syiah di timur Tengah itu jika ditelusuri lagi juga ada dendam masa lalu antara pendukung keluarga dan sahabat nabi yaitu Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali Bin Abu Thalib. 

Kelompok pendukung Aisyah meyebut dirinya Sunni atau Salafi

Pendukung Ali menyebut dirinya sebagai Syiah, dan Syiah ini juga terpecah menjadi beberapa kelompok, ada yg lembut dan ada yang keras. 

Habib di Indonesia mayoritas adalah pendukung Syiah karena mereka adalah garis keturunan dari Ali. 

*Sebagian aliran Syiah* : 
menganggap bahwa kekuasaan yang diraih oleh ketiga khalifah tersebut        *ilegal*.
Karena merebut hak wasiat yang seharus nya diterima oleh Ali. 

Bahkan keributan antar keluarga Nabi dan pendukungnya ini akhirnya menimbul kan peperangan besar antar keluarga Nabi yaitu antara
*Aisyah dan Ali Bin Abu Thalib*, antara istri Nabi dan sepupu sekaligus menantu Nabi.

Harus diingat bahwa 
Sejarah kelam mencatat dengan tinta darah para sahabat Nabi seperti 
Umar Bin Khattab meninggal karena diracun, 
Ustman bin Affan meninggal karena dibunuh saat membaca alquran dan 
Ali Bin Abu Thalib juga meninggal karena dibunuh oleh tokoh umat Islam juga bernama Abdurrahman bin muljam. 

*Sejatinya* mereka ribut dan berperang bukan karena mempertahankan agama, tapi memperebutkan *kekuasaan atas nama agama*

Jika budaya konflik perang tersebut dibawa dan *digeser ke Indonesia dan masing masing kelompok Arab itu juga menyebarkan paham dendam kebencian* nya kepada masyarakat Indonesia maka hal ini yang sangat *berbahaya dan mengakibatkan perpecahan* yang sangat luar biasa

Masyarakat Indonesia dengan budaya luhur  *nusantara sangat terbuka* bagi siapapun. 
Tanpa pandang bulu baik itu *suku, bangsa, ras maupun agama*, semua boleh hidup dan tinggal di Indonesia. 

Betul kata *Bung Soekarno* : Kalau jadi hindu jangan jadi orang India. Kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab. Kalau kristen jangan jadi orang yahudi, *tetaplah menjadi orang Indonesia, dengan adat dan budaya luhur Nusantara* Tutup Ken.

*Boleh dishare/bagikan*
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India